Entri Populer

Sabtu, 12 Februari 2011

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN “jaringan Ikat”

Oleh :
M.nailul autar
A1C409053
Oleh :

Kelompok II:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap jatringan ikat dibangun oleh tiga komponen, yaitu: sel, serabut, dan subtansi dasar. Serabut dan substansi dasar merupakan hasil yang dibuat oleh sel jaringan ikat, jumlahnya sangat banyak dan membangun suatu bahan penunjang tubuh. Jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat antar jaringan.
Terdapat dua macam jaringan ikat, yaitu : jaringa ikat kendur dan jaringan ikat padat. Pada dasarnya kedua jenis jaringan tersebut mempunyai komponen yang sama. Perbedaannya terdapat pada nisbah sel antar substansi dasar dan serabutnya. Jaringan ikat kendur relative mengandung lebih banyak sel dan mengandung lebih sedikit serabut, sedangkan jaringan ikat padat mengandung sedikit sel dan lebih banyak serabut. Selain itu, serabut-serabut jaringan ikat pada jaringan ikat kendur lebih tipis dibandingkan pada jaringan ikat padat. Substansi dasat pada pada suatu sediaan histology sukar diamati, sebab pada waktu pembuatan sediaan substansi dasar hilang.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum praktikum ini yaitu :
Untuk mempelajari struktur darah manusia beserta bagain-bagiannya secara mikroskopis.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Darah
Jaringan darah adalah jaringan yang berfungsi untuk mengedarkan zat makanan dan oksigen ke seluruh tubuh.
Jaringan darah terdiri atas dua komponen yaitu sel darah dan plasma darah (cairan darah).
Darah terbagi atas:
1. Sel darah : sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) (terdiri dari monosit, limfosit, eosinofil, basofil, dan neutrofil), serta keping darah (trombosit).
2. Plasma darah
3. Serabut = benang-benang fibrin
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.

Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atainvertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye).
Tubuh manusia tersusun dari milyaran sel darah yang memiliki fungsi yang vital. Terdapat tiga tipe sel darah pada manusia, sel darah merah yang merupakan jumlah sel darah terbanyak, sel darah putih, dan trombosit, yang masing-masing memiliki fungsi dan kadar yang berbeda dalam tubuh. Salah satunya adalah penghitungan jumlah sel darah dimana terdapat standar jumlah sel darah untuk mengindikasikan kondisi tubuh manusia. Standar jumlah sel darah tergantung beberapa faktor, yaitu jenis kelamin, usia, dan lain-lain. Sehingga, penghitungan jumlah sel darah menjadi salah satu metode untuk mendeteksi jenis penyakit tertentu dengan gejala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. Penghitungan sel darah yang selama ini dilakukan secara manual, beresiko terjadinya kesalahan serta tidak efisiensi waktu Perkembangan pengolahan citra digital, memungkinkan untuk melakukan penghitungan sel darah secara otomatis. Sehingga, didapatkan hasil penghitungan yang lebih akurat dalam waktu yang relatif singkat.
Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena; yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke Jaringan dan membawa karbondioksida serta hasil limbah lainnya.

Pemeriksaan darah yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel darah lengkap (cbc, complete blood cell count), yang merupakan penilaian dasar dari komponen sel darah. Selain untuk menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin; hitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari sel darah merah. Dengan mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal dari sel darah merah, bisa membantu mendiagnosis suatu penyakit
2.2. Darah manusia
Sampel darah manusia
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
2.3. Komposisi Darah
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
• Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
• Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
• Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Air: 91,0%
2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi, dll)
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-
• albumin
• bahan pembeku darah
• immunoglobin (antibodi)
• hormon
• berbagai jenis protein
• berbagai jenis garam
http://id.wikipedia.org/wiki/Darah


2.4. Sel Darah

Leukosit
Leukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel, semuanya bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, sedangkan leukosit mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam menjalankan fungsinya. (2009, http://puskesmas-oke.blogspot.com/)

Lima bentuk leukosit yang berbeda dibagi dalam dua kelompok, yakni granulosit yang memiliki butir khas dan jelas dalam sitoplasma dan agranulosit yang tidak memiliki butir khas dan jelas dalam sitoplasma. Dari diferensiasi penghitungan leukosit dapat ditentukan persentasi normal dari tiap jenis yang ternyata cukup berbeda (2009, http://puskesmas-oke.blogspot.com/)

Granulosit
Ada tiga tipe granulosit yang diberi nama berdasarkan sifat reaksinya terhadap zat warna tertentu. Leukosit eosinofil butirnya bersifat asidofil (berwarna merah dengan eosin). Leukosit basofil butirnya bersifat basofil (ungu), dan leukosit neutrofil butirnya tidak bersifat asidofil maupun basofil. Afinitas terhadap zat warna dari butir leukosit neutrofil bervariasi antara hewan satu dengan yang lain. Karenanya sering disebut dengan istilah heterofil, sebagai pengganti neutrofil, yang menyatakan bahwa butirnya tidak bersifat eosinofil maupun basofil. Lazimnya untuk leukosit neutrofil dipakai istilah khusus, yakni leukosit polimorfonuklear (PMN atau polymorphonuclear).

Leukosit Neutrofil berdiameter 10 sampai 12 µm, memiliki butir halus dalam sitoplasma dan inti berglambir. Kromatin inti pekat dan mengelompok. Benang kromatin antarglambir jelas terdapat pada manusia dan ruminansia, kadang-kadang tampak pada anjing. Karena konstriksi inti tidak lengkap atau sempurna, maka sulit menentukan gelambir secara pasti pada leukosit neutrofil pada hewan, kecuali ruminansia. Di antara hewan peliharaan, jumlah gelambir pada leukosit neutrofil domba paling banyak. (2009, http://puskesmas-oke.blogspot.com/)

Netrofil granulosit dari wanita memperlihatkan adanya Dramstick yaitu seperti alat pemukul genderan, tetapi pada lelaki tidak memperlihatkan adanya badan kromatin yang mempunyai bentuk khusus ini. Adanya dramstick diperkirakan karena adanya pemadatan kromosom x yang sedang tidak melakukan kegiatan. (2009, Modul praktikum genetika)

Leukosit tua memiliki gelambir lebih banyak atau jelas dari yang muda. Karenanya bila leukosit neutrofil memiliki inti berbentuk V, U, atau S tanpa konstriksi jelas, dianggap sebagai leukosit muda. Pada kasus penyakit bakteri, lazimnya jumlah leukosit neutrofil dalam darah meningkat dan tampak pula leukosit muda. (2009, http://puskesmas-oke.blogspot.com/)

Pada Manusia betina, leukosit memiliki apendiks jelas pada intinya yang disebut Barr. Kromatin kelamin ini kecil (1,5 µm) bertaut pada gelambir utama melalui benang kromatin dan merupakan ciri khas bagi hewan betina. Badan Barr atau kromatin kelamin ini dipakai untuk menentukan jenis kelamin betina pada hewan yang mengalami kelainan kelenjar endoktrin (endoctrine dysfunction) atau anomali pada kromosom. (2009, http://puskesmas-oke.blogspot.com/)

Istilah 'seks chromatin' terdiri dari dua struktur berbeda secara dangkal: (1) yang Barr tubuh, dan hadir di epithelial sel jaringan lainnya, (2) tongkat pemukul genderang dari polymorphonuclear leucocytes. A drumstick consists of a small nuclear mass, about 1.5 J tongkat pemukul genderang kecil yang terdiri dari nuklir massa, sekitar 1,5 in diameter, which is attached to the body of the nucleus by means of a thin filament 1 (Fig. 1). diameter dalam, yang melekat pada tubuh inti dengan sedikit kawat pijar 1 (Fig. 1). Drumsticks may occur in any of the three types of polymorphonuclear leucocytes, but for practical purposes only those present in neutrophils are considered. Drumsticks dapat terjadi di salah satu dari tiga jenis polymorphonuclear leucocytes, tetapi untuk tujuan praktis hanya hadir di neutrophils dianggap (2009, http://nature.com)

Mekanisme X-inactivation
Inactivation kromosom X yang memerlukan gene pada kromosom disebut XIST.
• XIST encodes a large molecule of RNA (of a type different from those, eg, mRNA, used in protein synthesis). XIST encode besar dari molekul RNA (dari jenis yang berbeda dari mereka, misalnya, mRNA, digunakan untuk sintesis protein).
• XIST RNA accumulates along the X chromosome containing the active XIST gene and proceeds to inactivate all (or almost all) of the other hundreds of genes on that chromosome. XIST akumulasi RNA sepanjang kromosom X berisi XIST gene aktif dan melanjutkan ke menonaktipkan semua (atau hampir semua) yang lain dari ratusan gen pada kromosom.

• XIST RNA does not travel over to any other X chromosome in the nucleus. XIST RNA tidak bepergian ke kromosom X lainnya di inti.

• Barr bodies are inactive X chromosomes "painted" with XIST RNA. Badan Barr tidak aktif X chromosomes "lukis" dengan XIST RNA. (2009, http://users.rcn.com)

Agranulosit

Dua tipe agranulosit, yaitu limposit dan monosit tidak memiliki butir sitoplasmik spesifik, tetapi sering mengandung butir azurofil yang tidak spesifik. Agranulosit selanjutnya ditandai dengan adanya inti lonjong, bulat dengan lekuk khas. (2009, http://puskesmas-oke.blogspot.com/)

• Limposit.
Persentase limposit pada darah ferifer tergantung pada spesiesnya. Limposit besar adalah bentuk yang belum dewasa, dan sering disebut prolymphocytes) atau sel “blas” besar.

Limposit menunjukkan ketidaksamaan dalam bentuk maupun fungsinya, karena sifatnya yang plastik dan mampu bergerak serta dapat mengubah bentuk dan ukurannya. Sifat limposit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh lunak, karena menyediakan zat kebal untuk pertahanan tubuh. Limfosit kecil berdiameter 6 sampai 9 µm, inti besar dan kuat mengambil zat warna, dikitari sedikit sitoplasma yang berwarna biru pucat. Lazimnya inti memiliki sedikit lekuk pada satu sisi. Pada sediaan ulas, inti begitu gelap sehingga nukleolus tidak tampak. Sitoplasma yang sedikit, mengandung banyak poliribosom dan sedikit mitokondria. Bila butir azurofil ada, lazimnya tampak di daerah lekuk inti.

Limfosit besar, berdiameter 12 sampai 15 µm, memiliki lebih banyak sitoplasma, dan inti lebih besar dan sedikit pucat dibandingkan dengan limposit kecil. Butir azurofil tampak di daerah lekuk ini dn mengujian dengan mikroskop elektron menunjukkan sepasang sentriol yang dikitari oleh apparatus golgi. Limfosit besar memiliki apparatus golgi lebih jelas, nukleolus serta mitokondria lebih besar. (2009, http://puskesmas-oke.blogspot.com/)


• MONOSIT.
Monosit adalah leukosit terbesar yang berdiameter 15 sampai 20 µm dan berjumlah 3 sampai 9% dari seluruh sel darah putih. Terdapat kesulitan dalam identifikasi monosit dengan adanya bentuk transisi antara limposit kecil dan besar, karena terdapat kemiripan satu sama lain. keadaan ini jelas bila mempelajari sediaan ulas darah sapi. (2009, http://puskesmas-oke.blogspot.com/)
http://www.biopedia.co.cc 2010.


















BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Kamis / 2 Desember 2010
Tempat : Laboratorium UP-MIPA Universitas Jambi

3.2 Alat dan Bahan
1. Jarum france
2. Alkohol 70%
3. Objek glasss
4. Cover Glass
5. Mikroskop
6. Tetesan kedua darah
3.4 Prosedur Kerja
1. Mensterilkan jarum france dengan alcohol 70%
2. Mengambil darah pasien pada jari ke 2 atau 3 dengan jarum france
3. Meneteskan tetesan darah yang kedua keatas objek glass
4. Menyisir Tetesan darah itu dengan coverglass
5. Mengangin-anginkan sample darah tersebut hingga agak kering
6. Mengamati dibawah mikroskop


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil pengamatan percobaan ini yaitu, sebagai berikut:

Gambar sel darah pada manusia


Gambar struktur darah













4.2. Pembahasan
Menurut strukturnya eritrosit terdiri atas membran sel yang merupakan dinding sel. Substansi seperti spons yang disebut stroma dan hemoglobin yang menempati ruang-ruang kosong dari stroma. Analisa kimia membuktikan bahwa dinding eritrosit terdiri terutama dari 2 macam substansi yaitu protein dan lipida. Kombinasi protein dan lipida ini disebut lipo-protein. (Maskoeri, 1989)
1.1 Eritrosit pada manusia
Erirosit pada manusia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti “barbell”jika dilihat secara melintang. Bentuk ini (setelah nukei dan organelnya dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam proses perukaran oksigen dengan jaringan tubuh di sekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk bundar.
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 mikronmeter dan ketebalan 2 mikronmeter, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 femtoliter. Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme. (Maskoeri, 1993)
Orang dewasa memiliki 2-3 x 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000- 400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia. (Eckert, 1978)
Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan (konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang akan mengikat oksigen.


















BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulana dari pengamatan yang dilakukan yaitu, sebagai berikut:
1. Jaringan darah adalah jaringan yang berfungsi untuk mengedarkan zat makanan dan oksigen ke seluruh tubuh.
2. Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena; yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke Jaringan dan membawa karbondioksida serta hasil limbah lainnya.
3. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.
4. Darah terbagi atas:
1. Sel darah : sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) (terdiri dari monosit, limfosit, eosinofil, basofil, dan neutrofil), serta keping darah (trombosit).
2. Plasma darah
3. Serabut = benang-benang fibrin












DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=15%3A pemrosesan-sinyal&id=84%3Asel-darah&option=com_content&Itemid=15
Anonim. 2010. http:// -4all.blogspot.com/2008/05/ 3 DES 2010
Anonim.2010.http://id.wikipedia.org/wiki/Darah.diakses. 5 desember 2010
Irshadi,Bagas.2010. Jaringan pada vertabrata dan manusia.


















LAMPIRAN
PERTANYAAN PASCA PRAKTEK

Tikus Putih (Mencit)

Tikus putih atau Mencit (Mus musculus) adalah anggota tikus tikusan yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mabel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan.

Asal dan Habitat
Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga.

Penggunaan
Mencit kadang-kadang disimpan sebagai hewan peliharaan dan mewah. Namun, sebagian besar tikus diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Bahkan, tujuh puluh persen dari semua hewan yang digunakan dalam kegiatan biomedis tikus. Melebihi dari 1000 saham dan strain tikus telah dikembangkan, serta ratusan mutan saham yang digunakan sebagai model penyakit manusia. Dalam hal genetika, tikus adalah mamalia dicirikan paling lengkap.

Penanganan
Mencit diangkat oleh menggenggam pangkal ekor dengan satu jari atau ibu jari berujung karet forsep. Ini adalah teknik yang berguna untuk mentransfer tikus dari satu kandang yang lain. Untuk secara manual memegang tikus, yang diangkat oleh pangkal ekor, ditangkap antara ibu jari dan jari telunjuk. Hal ini akan lebih mudah dengan mengangkat tikus, yang memungkinkan tikus untuk memahami sebuah kandang kawat atas atau permukaan lainnya dengan forelimb. Dengan sedikit latihan, tikus dapat diangkat dan ditahan dengan teknik satu tangan. Ketika tangan memegang, mouse harus terbalik sehingga berat mouse terletak di telapak tangan. Di ujung caudal tikus dikendalikan dengan menempatkan penangan ekor antara keempat dan kelima jari.

Anatomi dan Fisiologi
Dewasa berat badan: 25 – 40 g (betina); 20-40 g (pria)
Life span: 1.5 – 3 tahun
Pernapasan rate: 94-163 napas / menit
Denyut jantung: 325-780 denyut / menit
dubur rata-rata suhu normal: 99,5 ° F
rumus gigi adalah 2 (I 1 / 1, M 3 / 3) = 16. Terbuka di gigi seri-berakar dan tumbuh terus menerus. Tikus akan menggigit atau “sejumput” dengan gigi seri tajam jika mishandled.
perut dibagi menjadi bagian nonglandular proksimal dan bagian distal kelenjar. Kedua bagian yang terlalu berbeda. Ini mirip dengan perut kuda.
paru-paru kiri terdiri dari satu lobus, sedangkan paru kanan terdiri dari empat lobus.
tikus memiliki lima pasang kelenjar susu. Distribusi jaringan mammae menyebar, membentang dari garis tengah ventral atas panggul, dada, dan bagian leher.
Sangat berkonsentrasi urin diproduksi; jumlah besar protein diekskresikan dalam urin.
tikus memiliki zona thermoneutral sempit mamalia apapun sejauh diukur. Sebuah mouse menanggapi penurunan suhu oleh nonshivering thermogenesis, dan dengan kenaikan temperatur lingkungan dengan mengurangi laju metabolik dan meningkatkan vascularization dari telinga. Nonshivering thermogenesis dapat menghasilkan peningkatan tiga kali lipat tingkat metabolisme dasar, dan untuk sebagian besar terjadi pada lemak cokelat. Konsentrasi tertinggi lemak cokelat ditemukan dalam jaringan subkutan antara scapulae. Brown lemak juga disebut kelenjar berhibernasi, walaupun mouse tidak hibernate.
Bedding harus diubah dua kali seminggu. Tanah tongkol jagung yang paling penyerap.

Nutrisi
Mencit harus diberi makan pelleted komersial tikus atau hewan pengerat diet dan air lib iklan. Ini diet yang bergizi lengkap dan tidak memerlukan suplemen.
Makanan asupan sekitar 15g/100g BB / hari; asupan air sekitar 15 ml/100g BB / hari.

Reproduksi


Kelamin Mencit Jantan


Breeding awal adalah sekitar 50 hari usia di kedua perempuan dan laki-laki, meskipun mungkin betina estrus tama mereka pada 25-40 hari. Tikus polyestrous dan berkembang biak sepanjang tahun; ovulasi spontan. Lamanya siklus estrus 4-5 hari dan estrus itu sendiri berlangsung sekitar 12 jam, terjadi di malam hari. Vagina smear berguna dalam perkawinan waktunya untuk menentukan tahap siklus estrus. Perkawinan biasanya terjadi pd malam hari dan dapat dikonfirmasi oleh kehadiran sebuah plug sanggama di vagina hingga 24 jam pasca-sanggama. Kehadiran sperma pada vagina smear juga merupakan indikator yang dapat diandalkan kawin.


Tanda/ciri Mencit Betina




Betina tikus ditempatkan bersama-sama cenderung masuk ke anestrus dan tidak siklus. Jika terkena laki-laki tikus atau feromon seorang laki-laki tikus, sebagian besar perempuan akan masuk ke estrus dalam waktu sekitar 72 jam. Ini sinkronisasi dari siklus estrus dikenal sebagai efek Whitten. Pemaparan yang baru-baru ini dibesarkan mouse ke feromon laki-laki yang aneh tikus dapat mencegah implantasi (atau pseudopregnancy), sebuah fenomena yang dikenal sebagai efek Bruce.


Bayi mencit umur beberapa hari
Rata-rata periode kehamilan adalah 20 hari. Sebuah subur estrus postpartum terjadi 14-24 jam setelah kelahiran, dan simultan laktasi dan memperpanjang usia kehamilan usia kehamilan 3-10 hari karena implantasi tertunda. Sampah rata-rata ukuran 10-12 selama produksi optimal, tetapi sangat tergantung ketegangan. Sebagai aturan umum, bawaan tikus cenderung memiliki masa kehamilan lebih lama dan lebih kecil daripada outbred tandu dan hibrida tikus. Muda disebut anak-anak anjing dan berat 0,5-1,5 gram saat lahir, yang gundul, dan menutup kelopak mata dan telinga. Kanibalisme jarang terjadi, tetapi perempuan tidak boleh diganggu selama proses kelahiran dan untuk minimal 2 hari setelah melahirkan. Pups yang disapih pada usia 3 minggu; penyapihan berat 10-12 gram. Jika estrus postpartum tidak dimanfaatkan, resume perempuan bersepeda 2-5 hari postweaning.
Bayi tikus jantan yang baru lahir dibedakan dari betina dengan mencatat jarak yang lebih besar dan lebih besar anogenital genial papila pada pria. Hal ini paling baik dilakukan dengan mengangkat sampah ekor dan membandingkan pasangan perineums.
Pseudopregnancy durasi 1-3 minggu steril dapat mengikuti perkawinan, tetapi jarang diperhatikan.

Penyakit pada gerbil
Penyakit bakteri
Tyzzer’s Disease: Bacillus piliformis
Menular murine kolon hiperplasia: Citrobacter rodentium
Pseudomoniasis: Pseudomonas aeruginosa
Pasteurellosis: Pasteurella pneumotropica
Salmonellosis: Salmonella typhimurium dan Salmonella enteritidis
Corynebacteriosis: Corynebacterium kutscheri
Murine pernafasan mycoplasmois: Mycoplasma pulmonis
Erythrozoon coccides
Hemobartonella muris
Staphylococcus, ulcerative radang kulit
Penyakit Viral
Sendai Virus
Epizootic Diare dari Bayi Mice
Reovirus 3
Mouse Hepatitis Virus
Mousepox
Lymphocytic Choriomeningitis Virus
Pneumonia Virus of Mice
K Virus
Laktat dehidrogenase-mengangkat Virus
Mouse sitomegalovirus
Mouse Thymic Virus
Polyomavirus
Menit Virus Mice
Mouse adenovirus
Mouse Encephalomyelitis Virus
Encephalomyocarditis Virus
Murine Leukemia Virus
Ektasia Tumor Virus
Parasitic Diseases
Protozoa Penyakit
Toksoplasmosis: Toxoplasma gondii
Spironucleus (Hexamita) muris
Giardia muris
Cacing Infeksi
Syphacia obvelata
Aspicularis tetraptera
Hymenolepis nana
Hymenolepis diminuta
Taenia taeniaeformis
Ectoparasites
Polyplax serrata
Myobia musculi
Radifordia affinis
Mycoptes musculinis
Pserergates simplex
Penyakit jamur
Trichophyton mentagrophytes
Non-penyakit menular
Barbering
Rambut kumis menggigit atau mengunyah, adalah manifestasi dari dominasi sosial.
Daerah alopecia (rambut rontok) di sekitar moncong mungkin juga akibat dari abrasi terhadap permukaan kandang.
Tail menggigit, lesi kulit
Tail menggigit dan lesi kulit lainnya yang dihasilkan oleh pertempuran juga manifestasi dari dominasi sosial.
Walaupun tidak terbatas pada laki-laki, mereka cenderung menjadi lebih agresif.
Ektasia tumor
Lymphoblastic limfo

Referensi
Amori, G. (1996). Mus musculus. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2007. Diakses pada 2007-01-09.
http://tikusonline.blogspot.com/2010/03/sejarah-tikus-putih-mencit.html

Siklus Estrus Pada Mencit

Pada setiap siklus yang terjadi pada tubuh mencit, terjadi perubahan-perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh hormon yang berpengaruh di dalam tubuhnya. Berikut adalah penggambaran diri mencit pada setiap tahap yang terjadi:
1. Fase Estrus
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah” (Campbell et al, 2004), hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi (Gilbert, 2006). Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya (Anonim, 2009 A). Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap matesterus ( A.Tamyis, 2008).
2. Fase Metestrus
Pada tahap metestrus birahi pada mencit mulai berhenti, aktivitasnya mulai tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada jantan. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran yang paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum (A.Tamyis, 2008).
3. Fase Diestrus
Tahap selanjutnya adalah tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat banyak mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan terdapat banyak lendir (A.Tamyis, 2008).
4. Fase Proestrus
Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan cepat menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut juga dengan folikel de Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen sudah mulai banyak dan hormon FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat adanya pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan sel-sel baru ini berada di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut juga sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified ini berperan penting pada saat kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina pada mencit betina tahan terhadap gesekan penis pada saat kopulasi. Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah fase estrus dan begitu selanjutnya fase akan berulang (A.Tamyis, 2008).
http://nadzzsukakamu.wordpress.com/2009/03/16/siklus-estrus-pada-mencit/

SIKLUS ESTRUS PADA TIKUS (Laporan Praktikum)

Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari. Pada mamalia khususnya pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaturan/koordinasi yang disebut dengan hormon (hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ target).

Fase dan Siklus Estrus

Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam.

Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004).

Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006). Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan tingkatan estrogen. Pada fase metestrus dimana uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormon (Taw, 2008).

Cara Kerja

Cotton bud dicelupkan ke dalam PBS dan dimasukkan ke dalam vagina tikus betina dan diusap sebanyak 2-3 kali putaran. Hasil usapan dari cotton bud dibuat preparat apusan. Preparat apusan dimasukkan ke dalam larutan alkohol fiksatif 70% selama 10 menit, kemudian diangkat dan dikeringanginkan. Apusan lalu dimasukkan ke dalam larutan Phosphat Buffer Saline (PBS) selama 5 menit, dimasukkan kembali dalam larutan pewarn giemsa selama 5-10 menit dan dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Diamati morfologi sel epitel pada preparat yang telah dibuat di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (100X) kemudian perbesaran kuat (400X). Pengamatan dilakukan selama 7 hari dan dicatat perbedaan-perbedaan sel yang didapat pada tiap-tiap siklus estrus. Data pengamatan kemudian di catat dalam tabel pengamatan dan di dokumentasikan setiap preparat apusan yang dibuat.
http://www.bangkoyoy.com/2010/10/siklus-estrus-pada-tikus-laporan.html

Percobaan Silus Estrus mencit

Siklus estrus merupakan periode dimulainya estrus pertama hingga estrus berikutnya. Pada hewan seperti tikus, siklus estrusnya terjadi beberapa kali dalam setahun yang dikenal dengan sebutan hewan polyestrus. Dalam percobaan ini, siklus estrus pada tikus putih akan diketahui berdasarkan sekresi dari cairan vaginanya. Mula-mula yang kita lakukan adalah diambil sekresi dari vagina mencit dengan menggunakan Cotton bud dan di oleskan pada kaca preparat. Kemudian cairan dibiarkan mengering pada suhu ruangan, kemudian ditambahkan zat warna methylen blue atau giemsa. Setelah 15 menit, preparat dibilas dengan aquades dan siap diamati di bawah mikroskop.
Hasil dari 3 ekor mencit yang kita gunakan adalah Pada tikus betina yang pertama, cairan vaginanya menunjukkan fase estrus, yang ditandai dengan banyaknya sel epithelium yang terkornifikasi. Terdapat eritrosit dalam jumlah sedang dan sedikit leukosit. Fase estrus merupakan fase di mana hewan betina siap untuk dikawinkan. Pada fase ini, hewan betina memiliki tingkat birahi yang tinggi dan akan menerima hewan jantan untuk mengewininya. Pada fase estrus, hormon FSH mengalami penurunan sementara hormon LH dan estrogen meningkat. Fase estrus dari luar ditandai dengan membengkaknya vulva dan orificum vagina yang membuka.
Pada tikus yang kedua, preparat dari cairan vaginanya menunjukkan fase diestrus yang terlihat dari dominansi leukosit yang banyak. Fase diestrus merupakan periode tidak aktif yang singkat sebelum periode estrus berikutnya. Fase diestrus dialami oleh hewan-hewan yang tergolong polyestrus seperti tikus. Fase diestrus berhubungan dengan regenerasi fungsi korpus luteum. Mukosa pada vagina selama periode estrus tipis dan banyak terdapat leukosit.
Cairan vagina pada tikus ketiga menunjukkan fase metestrus dimana sel-sel epiteliumnya bervariasi. Terdapat epitel yang terkornifikasi, epitel dengan inti yang piknotik dan epitel granula dalam sitoplasma. Pada cairan vagiananya juga banyak ditemukan leukosit. Fase metestrus merupakan fase pasca ovulasi dimana terjadi penurunan hormon estrogen dan peningkatan hormon progesterone serta FSH. Pada fase ini corpus luteum mulai berfungsi. Panjangnya fase metestrus bergantung dari panjang waktu sekresi LTH (Luteo Tropic Hormone) oleh adenohipofisis.
Hal-hal kemungkinan yang dapat terjadi setelah fase metestrus adalah diestrus, kebuntingan, kebuntingan palsu (pseudopregnancy) dan anestrus (untuk hewan monoestrus).

| Zoologi | A comment?
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBerbagi ke Google Buzz
0 responses to “P
shttp://www.biopedia.co.cc/2009/09/percobaan-silus-estrus-mencit.html

Mencit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.
?Mencit



Status konservasi


Risiko Rendah (IUCN 2.3)[1]

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Rodentia

Famili: Muridae

Upafamili: Murinae

Genus: Mus

Spesies: M. musculus

Nama binomial

Mus musculus
Linnaeus, 1758

Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan.
Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Asal dan Habitat
• 2 Penggunaan
• 3 Penanganan
• 4 Anatomi dan Fisiologi
• 5 Nutrisi
• 6 Reproduksi
• 7 Penyakit pada gerbil
• 8 Referensi

[sunting]Asal dan Habitat
Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga.
[sunting]Penggunaan
Mencit kadang-kadang disimpan sebagai hewan peliharaan dan mewah. Namun, sebagian besar tikus diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Bahkan, tujuh puluh persen dari semua hewan yang digunakan dalam kegiatan biomedis tikus. Melebihi dari 1000 saham dan strain tikus telah dikembangkan, serta ratusan mutan saham yang digunakan sebagai model penyakit manusia. Dalam hal genetika, mouse adalah mamalia dicirikan paling lengkap.
[sunting]Penanganan
Mencit diangkat oleh menggenggam pangkal ekor dengan satu jari atau ibu jari berujung karet forsep. Ini adalah teknik yang berguna untuk mentransfer tikus dari satu kandang yang lain. Untuk secara manual menahan mouse, mouse pertama yang diangkat oleh pangkal ekor, maka kulit longgar di leher / pundak daerah adalah seseorang ditangkap antara ibu jari dan jari telunjuk. Hal ini akan lebih mudah dengan mengangkat mouse, yang memungkinkan mouse untuk memahami sebuah kandang kawat atas atau permukaan lainnya dengan forelimb, kemudian memegang kulit leher / harus daerah. Dengan sedikit latihan, mouse dapat diangkat dan ditahan dengan teknik satu tangan. Ketika tangan memegang, mouse harus terbalik sehingga berat mouse terletak di telapak tangan. Di ujung caudal mouse dikendalikan dengan menempatkan penangan ekor antara keempat dan kelima jari.
Merebut ekor selain di dasar dan mengangkat mouse dapat mengakibatkan slip pada kulit dan jaringan subkutan, dan kemudian nekrosis, infeksi, dan peluruhan dari caudal vertebra.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mencit

lap0ran aPusan vagina

PREPARAT APUSAN VAGINA
Tanggal Praktikum : 23 Februari 2009

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum apusan vagina hewan (Mencit) adalah :
Untuk membangun keterampilan mahasiswa dalam pembuatan berbagai preparat apusan vagina
Untuk mengetahui kemungkinan kesalahan apa saja yang dapat terjadi sehingga hasilnya menjadi gagal, sehingga mahasiswa menjadi lebih berhati-hati lagi dalam mengerjakannya
Menghasilkan preparat awetan apusan vagina yang baik.
Untuk membedakan kondisi dan warna vagina pada berbagai fase siklus estrus.
Dapat membedakan bentuk-bentuk sel pada fase estrus (sel epitel, leukosit, kornifikasi, epitel dengan inti berdegenerasi).
Menentukan fase-fase siklus esrtus berdasarkan data pengamatan.

2. LANDASAN TEORI
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus.
Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungan ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi.
Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus.
Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dari kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin.

Gambar : alat-alat reproduksi pada perempuan
Pada mammalia umumnya daur pembiakan dempet dengan daur estrus. Daur ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yaitu terdiri dari 2 fase folikel dan lutein.
Banyak hewan yang memiliki daur estrus selaki setahun, disebut monoestrus. Terdapatpada rusa, kijang, harimau, kucing, dan sebagainya. Ada pula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut polyestrus. Daur estrus terutama yang polyestrus dapat dibedakan atas tahap berikut :
1. Proestrus
Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati. Menurut Shearer (2008), fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan pembengkakan sistem dalam. Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang tebal.. Karakteristik sel pada saat proestrus yaitu bentuk sel epitel bulat dan berinti, leukosit tidak ada atau sedikit.

2. Estrus
Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah betina siap menerima jantan. Dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas.
Karakteristik sel pada saat estrus yaitu penampakan histologi dari smear vagina didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat, pengamatan yang berulang menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate.
Sel-sel parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel intermediet adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial. pada saat nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat diklasifikasikan pada sel superfisial.

3. Metaestrus
Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding .
Pada fase metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati. Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut:
1. Bentuknya bundar atau oval
2. Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma
3. Sitoplasmanya biasanya tampak tebal
4. Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap (Anonim, 2007).
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan.
• Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak secara bersamaan
• Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula.
Karena ukuran sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama. Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus.

4. Diestrus
Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan (Anonim, 2008). Fase ini merupakan fase yang terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru (Anonim, 2008).
Fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya: terjadi pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal dalam apusan preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini dperkuat dengan pengujian yang dilakukan pada hari berikutnya.
Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel epitel vagina:
• Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.
• Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubuh yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina
• Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus.
• Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial.


Siklus Estrus pada Mencit
Fase proestrus
proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat . Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi.

Fase estrus
Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat.





Fase metaestrus
Metaestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil,dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas.


Fase diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon yang dihasilkan dari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus serta folikel-folikel kecil dengan korpora lutea pada vagina lebih besar dari ovulasi sebelumnya.

Hormon Pengendali Siklus Estrus pada Mencit
Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi dari hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus dengan sel-sel telur juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang menyebabkan regresi corpus luteum dan penghentian produksi progesteron. Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum. Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovari (Anonim, 2008).

3. ALAT DAN BAHAN
Alat :
o Objek glass dan cover glass
o Mikroskop
o Bak cuci (tempat membilas preparat)
o Kertas label dan slotip
o Spidol transparan
o Pipet tetes
Bahan :
o Beberapa tetes cairan vagina
o Larutan garam fisiologis (NaCl)
o Pewarna eosin 1 %
o Aquades
o Entelan.

4. CARA KERJA
1. Siapkan objek glass dan cover glass yang sudah dibersihkan dan diberi label pada bagian ujungnya.
2. Ambil larutan NaCl menggunakan pipet tetes.
3. Masukkan ujung pipet tersebut ke dalam lubang vagina mencit.
4. Ambil cairan vigina yang telah tercampurkan dengan NaCl tersebut.
5. Teteskan pada objek glass, tunggu hingga kering.
6. Fiksasi dengan alkohol 70 %.
7. Pewarnaan menggunakan eosin 1 % . Proses pewarnaan ini dilakukan dengan cara meneteskan eosin dengan pipet tetes pada objek glass yang dimiringkan hingga rata, diamkan hingga kering.
8. Setelah pewarnaan, objek gelas dibilas pada bak cuci menggunakan aquades.
9. Setelah kering amati objek dibawah mikroskop, apabila warna ideal dan sel tampak jelas, beri tanda pada bagian belakang objek glass dengan spidol.
10. Pada objek tersebut tetesi dengan entelan kemudian tutup dengan cover glass.



5. HASIL PENGAMATAN
Tahapan Estrus Gambar
fase proestrus
(preparat awetan)

fase estrus
(preparat hasil apusan vagina mencit)
fase metaestrus
(preparat awetan)

fase diestrus
(preparat awetan)





6. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, kami menemukan beberapa ciri dari masing-masing fase yang telah diamati, yaitu :
• fase pro-estrus cirinya sel epitelnya bulat dan berinti
• fase estrus cirinya sel epitelnya tidak berinti (kornifikasi)
• fase metaestrus cirinya sel kornifikasi banyak dan leukositnya banyak
• fase diestrus cirinya leukositnya banyak dan mucus (lendir)nya banyak.

7. KESIMPULAN
Mencit yang kami amati dalam proses pembuatan preparat apusan vagina mencit, sedang berada pada fase estrus. Yang ditandai dengan sel epitelnya tidak berinti dan leukositnya sedikit atau hampir tidak ada.
http://idhaf13.blogspot.com/2009/07/lap0ran-apusan-vagina.html

Perbedaan Siklus Estrus dan Siklus Menstruasi

mau bagi-bagi ilmu lagi ni…moga bermanfaat…
Siklus reproduksi pada makhluk hidup ada dua macam, siklus estrus dan siklus menstruasi. Siklus estrus terjadi pada mamalia non primata sedangkan siklus menstruasi terjadi pada hewan primata dan pada manusia. Perbedaan antara siklus estreus dan siklus menstruasi adalah:
1.Perubahan perilaku, pada siklus estrus terlihat adanya perubahan perilaku pada setiap tahapannya namun pada siklus menstruasi perubahan perilaku tidak terlalu terlihat.
2.External Bleeding, atau disebut juga dengan pendarahan keluar. Pada siklus menstruasi pendarahan keluar terjadi akibat adanya arteri spiral yang mengalami konstriksi bersamaan dengan luruhnya endometrium bagian (pars) fungsionalis. Pars basalis tidak meluruh dan permukaannya yang berbatasan pars fungsionalis akan diperbaiki pada fase reparasi, sehingga pars fungsionalis beserta arteri spiral akan utuh kembali. Pada fase estrus tidak terjadi pendarahan keluar karena tidak adanya arteri spiral jadi yang terjadi adalah adanya perobakan endometrium dan sel-sel yang sudah tidak dibutuhkan akan dimakan oleh sel-sel darah putih pada tubuhnya sendiri. Peluruhan sel endometrium ini disebabkan karena adanya pengurangan jumlah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum.
3.Waktu kawin, Pada hewan yang mengalami siklus estrue perkawinan hanya terjadi pada fase estrus saja sedangkan pada primata dan manusia yang mengalami siklus menstruasi perkawinan dapat terjadi kapan saja.(Anonim, 2009 B)
Pendarahan keluar atau dapat pula disebut dengan external bleeding dapat terjadi pada hewan non primata, namun volume darah yang dikeluarkan hanya sedikit tidak sebanyak pada primata dan manusia. Namun darah yang keluar ini seringkali disalahartikan sebagai menstruasi padahal faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini berbeda dengan yang terjadi pada mamalia oleh karena itu pendarahan pada hewan mamlia ini disebut pula pseudomenstruasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah titer estrogen yang bersifat anabolik bukan dikarenakan adanya penurunan jumlah progesteron. Sejalan dengan pertumbuhan folikel yang sangat cepat, terjadi pengeluaran sel-sel darah yang menembus dinding pembuluh darah atau disebut juga diapedesis, sedangkan pada siklus menstruasi pendarahan keluar dikarenakan adanya peluruhan dari dinding endometrium. Contoh hewan yang mengalami pseudomenstruasi antara lain : anjing, kucing, kuda, dan sapi.
http://nadzzsukakamu.wordpress.com/2009/03/22/perbedaan-siklus-estrus-dan-siklus-menstruasi/

bab1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada
sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina
dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara
satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata
disebut dengan silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada
non primata disebut dengan siklus estrus.Siklus estrus ditandai
dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan
reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada
pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut
dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit
adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut
15 hari. Pada mamalia khususnya pada manusia siklus reproduksi
yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame yang
berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya sinkronisasi,
maka hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaturan/koordinasi yang
disebut dengan hormon (hormon adalah zat kimia yang dihasilkan
oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke dalam peredaran
darah dan mempengaruhi organ target). Proses pendeteksian tersebut
sangat perlu untuk mengetahui fase-fase yang sedang berlangsung
pada organisme betina dan oleh karena itulah praktikum ini
dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Siklus Estrus ini antara lain untuk
mengetahui karakterisitik morfologi sel epitel mencit setelah
diperlakukan dengan rangsangan yang dapat memicu estrus.
1.3 Manfaat
Pengetahuan tentang fase-fase dalam estrus sangat penting
untuk proses inseminasi buatan pada hewan ternak, sehingga dengan
mengetahui siklus estrus yang terjadi maka akan dapat dioptimalkan
hasil dari inseminasi buatan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Sistem Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Pada manusia dan mamalia lainnya untuk mengahasilkan keturunan
yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan
demikian reproduksi pada manusia dan mamalia lain dilakukan
dengan cara generatif atau seksual. Untuk dapat mengetahui
reproduksi pada manusia dan mamalia lain, maka harus mengetahui
terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang
berlangsung di dalamnya. Organ reproduksi dalam pada betina
antara lain:
1. Ovarium merupakan organ utama pada wanita. Berjumlah
sepasang dan terletak di dalam tongga perut pada daerah pinggang
sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel ovum
dan hormone wanita seperti :
- Estrogen yang berfungsi untuk mempertahankan sifat sekunder
pada wanita, serta juga membantu dalam prosers pematangan sel
ovum.
- Progesterone yang berfungsi dalam memelihata masa kehamilan.
2. Fimbriae merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian
pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct.
Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang
dikelurakan oleh ovarium.
3. Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk
corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi
menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae.
4. Tuba fallopi merupakan saluran memanjang setelah infundibulum
yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum
menuju uterus dengan abantuan silia pada dindingnya.
5. Oviduct merupakan saluran panjang kelanjutandari tuba fallopi.
Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum
menuju uterus denga bantuana silia pada dindingnya.
6. Uterus merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk
sperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil. Berfungsi
sebagai tempat pertumbuhan embrio.
7. Cervix merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya
menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim.
Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan
keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina.
8. Saluran vagina merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai
pada vagina.
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel
telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk
menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan
perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem
reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam
terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus (Shearer, 2008).
2.2 Fase dan Siklus Estrus
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus
yang berarti “kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk
melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen
menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin
menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle
stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan
FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan
luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan
mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit
terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada
dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus
merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan
melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina
dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam
panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz –
110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan
dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan
semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang
diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik
perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini
karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar
hidungnya. Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun
membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi
dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, selsel
epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah
ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap
estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama
18 jam.
Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada
mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus
menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya
siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi
pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai
menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk
kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus
itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak
terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari
uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut
sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali
oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell,
2004).
Gambar 2.1 Aktivitas ovarium saat siklus estrus
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap
diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat
ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad
saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk.
Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan hewan laboratorium,
umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina
disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal.
Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak.
Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa
kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari
kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006). Pada fase estrus, terlihat
pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi yang
nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan
kornifikasi tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama
diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit
dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus
terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen
mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini
dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh
progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan
mungkin berakhir 1-5 hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat
penurunan tingkatan estrogen. Pada fase metestrus dimana uterus
dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini
adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.Fase diestrus
dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam
memproduksi progesteron (Hill, 2006).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah
histologi dan fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya
dengan proses reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan betina
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus serta proses
pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat faktorfaktor
lain yang lebih berpengaruh yaitu hormon (Taw, 2008).
Gambar 2.1 Penampakan sel-sel di jaringan epitel vagina tikus putih
saat siklus estrus
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Siklus Estrus ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei
sampai 2 Juni 2009, di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya, Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Siklus Estrus ini antara
lain mikroskop cahaya, gelas obyek, gelas penutup, pipet, stauning
jar, cotton bud, san bahan yang digunakan adalah tikus betina berusia
2-3 bulan, larutan alkohol fiksatif 70%, larutan Phosphat Buffer
Saline (PBS) dan larutan pewarna giemsa.
3.3 Cara Kerja
Cotton bud dicelupkan ke dalam PBS dan dimasukkan ke dalam
vagina tikus betina dan diusap sebanyak 2-3 kali putaran. Hasil
usapan dari cotton bud dibuat preparat apusan. Preparat apusan
dimasukkan ke dalam larutan alkohol fiksatif 70% selama 10 menit,
kemudian diangkat dan dikeringanginkan. Apusan lalu dimasukkan
ke dalam larutan Phosphat Buffer Saline (PBS) selama 5 menit,
dimasukkan kembali dalam larutan pewarn giemsa selama 5-10
menit dan dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Diamati
morfologi sel epitel pada preparat yang telah dibuat di bawah
mikroskop dengan perbesaran lemah (100X) kemudian perbesaran
kuat (400X). Pengamatan dilakukan selama 7 hari dan dicatat
perbedaan-perbedaan sel yang didapat pada tiap-tiap siklus estrus.
Data pengamatan kemudian di catat dalam tabel pengamatan dan di
dokumentasikan setiap preparat apusan yang dibuat.
BAV IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Prosedur
Phosphate Buffer Saline (PBS) digunakan untuk membasahi
cotton buds dan menjaga kondisi fisiologis sel serta agar epitel
vagina mencit mudah menempel pada kapas yang telah dibasahi.
Pengusapan sebanyak 2-3 kali bertujuan untuk mendapatkan jumlah
sel epitel yang optimal. Hasil usapan dari cotton bud dibuat preparat
apusan. Preparat apusan dimasukkan ke dalam larutan alkohol
fiksatif 70% selama 10 menit, kemudian diangkat dan
dikeringanginkan. Larutan alkohol 70% fikastif berfungsi untuk
menghentikan aktivitas pembelahan sel tanpa merusak struktur sel
dan mempertahankan keadaan sel seperti semula (Iqbal, 2009). Hasil
usapan dari cotton bud dibuat preparat apusan. Preparat apusan
dimasukkan ke dalam larutan alkohol fiksatif 70% selama 10 menit,
kemudian diangkat dan dikeringanginkan. Larutan alkohol 70%
fikastif berfungsi untuk menghentikan aktivitas pembelahan sel tanpa
merusak struktur sel dan mempertahankan keadaan sel seperti
semula (Iqbal, 2009). Larutan PBS digunakan pula untuk menjaga
kondisi fisiologis sel epitel pada preparat apusan. Pewarna Giemsa
diberikan setelah pemberian inkubasi dalam PBS selama 5 menit
selesai. Komponen sel dapat dibedakan satu sama lain pada citra
mikroskop menggunakan pewarna giemsa yang bersifat spesifik
terhadap komponen darah terutama bagian inti sel. Pengamatan
dilakukan selama 7 hari agar dapat dicatat perbedaan-perbedaan sel
yang didapat pada tiap-tiap siklus estrus dan mengetahui urutanurutan
dalam siklus estrus tersebut.
4.2 Analsisis Hasil
Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa fase-fase yang
teramati dalam praktikum adalah transisi dari diestrus ke proestrus,
proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Fase transisi diestrus ke
proestrus terlihat pada hari pertama pengamatan, karakteristik yang
dimiliki oleh jaringan epitel pada vagina tikus adalah sel-selnya
masih terdapat sel basal. Fase yang teramati pada hati berikutnya
adalah fase proestrus, yaitu ditunjukkan oleh banyaknya sel-sel yang
terkeratinisasi atau mengalami kematian pada jaringan epitel vagina
tikus yang digunakan, akan tetapi masih terdapat pula sel-sel basal,
namun sel-sel intermediet dan superficial tidak teramati. Pengamatan
pada hari ketiga menunjukkan fase estrus dari siklus estrus tikus. Hal
ini ditunjukkan dengan banyaknya sel-sel yang terkeratinisasi.
Pengamatan pada hari keempat menunjukkan adanya fase transisi
dari estrus menuju metestrus, dengan adanya sel-sel leukosit yang
mulai terbentuk dan sel basal yang juga mulai terbentuk kembali, dan
fase berikutnya adalah fase metestrus, yaitu pada pengamatan hari
kelima dengan adanya sel-sel basal dan adanya leukosit yang
digunakan untuk sistem imun atau perlindungan terhadap bakteri
atau virus yang kemungkinan besar terdapat dalam vagina saat
terjadi proses koitus. Pada hari keenam dan ketujuh pengamatan, fase
yang teramati adalah fase metestrus menuju diestrus, yaitu
ditunjukkan oleh adanya bentukan sel-sel epitel yang kecil-kecil dan
hanya berbentuk seperti bercak-bercak rapat dan tanpa adanya sel-sel
basal ataupun sel lainnya.
Tabel 2.1 Hasil pengamatan sel epitel vagina tikus
No. Hari ke- Gambar
1. 1
2. 2
a
b
b
a
No. Hari ke- Gambar
3. 3
4. 4
5. 5
6. 6
7. 7
Ket: a=sel keratin; b=basal; c=sel leukosit
Pada tikus betina yang sudah dewasa, ovulasi terjadi pada
fase estrus dari siklus estrus. Siklus estrus terdiri dari beberapa fase
yaitu proestrus, estrus, metestrus, diestrus dan anestrus.
- proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan
pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel
tumbuh dengan cepat . Proestrus berlangsung selama 2-3 hari.
Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan
mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar
endometrial mengalami hipertrofi.
- Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan
keadaaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva,
pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat,
uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi
terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir
perkembangan/terjadi dengan cepat.
- Metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi
dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur
c
c
a
c
mengecil, dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi
penurunan pada ukuran dan vaskularitas.
- Diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini
corpus luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang
dihasilkan dari progesteron (hormon yang dihasilkan dari
corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus serta
folikel-folikel kecil denan korpora lutea pada vagina lebih
besar dari ovulasi sebelumnya.
Perbedaan siklus estrus dan menstruasi, diantaranya terletak
pada fase-fase yang terjadi. Pada siklus estrus fase yang terjadi,
yaitu:
1. Proestrus, folikel mengalami pemasakan akhir. Pada fase
proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan cepat
menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut juga dengan folikel
de Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen sudah mulai banyak
dan hormon FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya
akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified)
dan tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat
adanya pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan
sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum terbentuk
sempuna bahkan belum terbentuk inti dan sel-sel baru ini berada
di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut juga sel
cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified ini berperan
penting pada saat kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina
pada mencit betina tahan terhadap gesekan penis pada saat
kopulasi. Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah mulai
gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar.
Fase ini terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase
selanjutnya adalah fase estrus dan begitu selanjutnya fase akan
berulang.
2. Estrus, terjad ovulasi (mirip periodesexual receptivity pada
sebagian besar hewan). Hipotalamus terstimulasi untuk
melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen
menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin
menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle
stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan
FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan
luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat
dipastikan mencit akan mengalami kehamilan.
3. Metestrus, terjadi pembentukan corpus luteum. Pada ovarium
korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit
yang berfungsi untuk menghancurkan dan memakan sel telur
tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini hormon
yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang
dihasilkan oleh korpus leteum.
4. Diestrus, corpus luteum berfungsi optimal. Tahap ini terjadi
selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer
yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan
awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen
meski kandungannya sangat sedikit.
Monoestrus dalam 1 tahun hanya mengalami 1x siklus estrus
(anjing, serigala,beruang). Poliestrus dalam 1 tahun mengalami lebih
dari 1x siklus estrus (babi, manusia, sapi). Poliestrus musiman, siklus
estrus terjadi lebih dari 1x tetapi hanya pada musim tertentu saja,
misalnya pada musim gugur (kambing, domba & rusa), pada musim
semi (kuda & hamster). Dalam satu siklus estrus, terjadi perubahan
kandungan hormon E2 dan LH, tertinggi dicapai pada fase estrus dan
terendah dicapai pada fase diestrus bersamaan dengan terdapatnya
folikel antral besaran korpus luteum dalam ovarium. Berat, diameter,
tebal dinding dan struktur histologi organ penyusun saluran
reproduksi mengalami perubahan yang sejalan dengan perubahan
kandungan hormon (Sitasiwi, 2000).
Pada dasarnya terdapat perbedaan yang mendasar antara
siklus estrus dan siklus menstruasi. Hewan yang sedang estrus
mengalami dorongan seksual yang sangat kuat namun singkat selama
pertengahan masa estrus, tetapi tidak reseptif secara seksual di masamasa
lainnya, sementara reseptivitas seksual terjadi sepanjang siklus
menstruasi. Secara fisik, estrus mempersiapkan saluran reproduksi
betina bagi kopulasi, sedangkan siklus menstruasi melibatkan
persiapan yang amat rumit agar endometrium siap bagi implantasi sel
telur yang terfertilisasi. Sebagai akibatnya, jika fertilisasi tidak
terjadi, penebalan dinding uterus apapun yang telah dipersiapkan
pada hewan-hewan yang mengalami estrus akan diserap kembali,
dan pada hewan-hewan yang mengalami menstruasi, pelapis-pelapis
hipertrofik meluruh sebagai aliran darah menstruasi. Selain itu
peristiwa pada siklus estrus lebih mudah terpengaruh oleh
lingkungan daripada siklus menstruasi (Schaum's Outlines, )
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fase yang teramati pada praktikum siklus estrus ini adalah
transisi dari diestrus ke proestrus, proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus. Fase transisi diestrus ke proestrus ditandai dengan adanya
sel-sel basal pada jaringan epitel vagina tikus, fase proestrus
ditunjukkan oleh banyaknya sel-sel yang terkeratinisasi atau
mengalami kematian pada jaringan epitel vagina tikus yang
digunakan, akan tetapi masih terdapat pula sel-sel basal, namun selsel
intermediet dan superficial tidak teramati pada praktikum ini,
sedangkan fase metestrus ditandai dengan adanya sel-sel leukosit,
dan sel-sel superfisial, dan fase diestrus ditandai dengan terjadi
pengurangan jumlah sel superfisial dan terjadinya pembentukan awal
sel-sel basal.
5.2 Saran
Perlu adanya ketepatan jadwal atau waktu dalam pembuatan
preparat apusan. Hal ini disebabkan penentuan waktu pembuatan
preparat memegang peranan penting terhadap visualisasi tahapantahapan
atau fase dalam siklus estrus.
DAFTAR
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/12286391/BiologiReproduksi-SiklusEstruspadaTikus.pdf.html

Jaringan epitel

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Jaringan epitel adalah salah satu empat jaringan dasar (lainnya: jaringan penyambung, jaringan otot, jaringan saraf). Dahulu istilah epitel digunakan untuk menyebut selaput jernih yang berada di atas permukaan tonjolan anyaman penyambung di merah bibir (Epitel: Epi di atas;Thele bibir). Istilah ini kini digunakan untuk semua jaringan yang melapisi sesuatu struktur dan saluran.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Sifat umum
• 2 Embriologi
• 3 Fungsi
• 4 Klasifikasi
o 4.1 Epitel selapis
 4.1.1 Epitel selapis pipih
 4.1.2 Epitel selapis kubus
 4.1.3 Epitel selapis silindris
o 4.2 Epitel berlapis
 4.2.1 Epitel berlapis gepeng
 4.2.2 Epitel berlapis kubis
 4.2.3 Epitel berlapis silindris
 4.2.4 Epitel transisional
o 4.3 Epitel bertingkat

[sunting]Sifat umum
Jaringan epitel terdiri dari sel dengan batas yang jelas dan terletak rapat satu sama lain. oleh karena itu, jaringan epitel dapat dikatakan sebagai jaringan yang seluler.
Tidak ada pembuluh darah dalam jaringan kapiler. Zat makanan diberikan ke jaringan secara difusi dari pembuluh darah kapiler yang terletak di jaringan di bawahnya.
[sunting]Embriologi
Jaringan epitel dapat berasal dari:
 Ektoderm. Misalnya epitel pada kulit
 Entoderm. Misalnya epitel pada saluran pencernaan
 Mesoderm. Misalnya epitel pada saluran kemih
[sunting]Fungsi
Epitel memiliki berbagai fungsi tergantung dari posisi jaringan. Fungsinya antara lain:
 Sebagai pelindung
 Sebagai alat sekresi
 Sebagai alat penerima impuls
 Sebagai alat penyaring atau filtrasi
 Sebagai alat absorpsi
 Sebagai alat respirasi
Dalam rangka fungsinya sebagai pelindung, biasanya epitel sendiri pun diberi pelindung yaitu lapisan tanduk (korneum), silia, dan lapisan lendir.
[sunting]Klasifikasi
[sunting]Epitel selapis
[sunting]Epitel selapis pipih
Epitel selapis pipih terdiri dari satu lapis saja dan sel berbentuk pipih. Contoh: epitel pada pembuluh darah kapiler.
[sunting]Epitel selapis kubus
Epitel selapis kubus terdiri dari satu lapis sel dan sel berbentuk seperti kubus. Contoh: epitel pada permukaan ovarium, kelenjar.
[sunting]Epitel selapis silindris
Epitel selapis silindris terdiri dari satu lapis sel dan selnya berbentuk silindirs (torak). Contoh: epitel pada lambung.
[sunting]Epitel berlapis
[sunting]Epitel berlapis gepeng
Epitel berlapis gepeng sebenarnya tidak semuanya berbentuk gepeng. Yang berbentuk gepeng hanya pada sel sebelah atas. Sel pada lapisan terbawah dapat berbentuk silindris. Contoh: epitel pada vagina.
[sunting]Epitel berlapis kubis
Epitel berlapis kubis jarang ditemukan pada tubuh. Contoh: epitel pada saluran keluar kelenjar.
[sunting]Epitel berlapis silindris
Epitel berlapis silindris jarang ditemukan. Paling banyak terdiri dari dua lapisan saja. Contoh: epitel pada konjungtiva palpebra.
[sunting]Epitel transisional
Pada epitel ini, strukturnya mirip epitel berlapis gepeng. Pada lapisan atas terdapat lapisan sel yang berbentuk payung (sel payung). Sel payung dalam keadaan regang akan memipih, misalnya dalam keadaan saluran terisi penuh. Contoh: epitel pada ureter.
[sunting]Epitel bertingkat
Bentuknya seperti epitel berlapis. Epitel bertingkat terdiri dari satu lapis sel yang tidak sama tinggi sehingga terlihat seperti berlapis-lapis. Contoh: epitel pada trakea.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jaringan_epitel

Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan tubuh

dan membatasi rongga tubuh. Jaringan ini hampir ditemukan diseluruh
permukaan tubuh.Jaringan epitel yang melapisi lapisan luar tubuh disebut
epithelium, jaringan epitel yang membatasi rongga tubuh disebut mesotelium
dan jaringan epitel yang membatasi organ disebutendothelium.
Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang memadat dan saling terikat erat. Pada permukaan apical (bagian atas) beberapa jenis epitel terdapat mikrovili (tonjolan dari permukaan sel yang bentuknya seperti jari) atau silia. Permukaan basal (bagian bawah) jaringan epitel berikatan dengan jaringan ikat. Jaringan epitel dan jaringan ikat yang berada dibawahnya dihubungkan oleh membrane dasar basalis dan lamina retikularis.
Jaringan epitel memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya
melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan dan mengangkut zat-zat antar-jaringan atau rongga yang dipisahkannya. Selain itu, jaringan epitel pada saluran pencernaan mengeluarkan berbagai macam enzim.
Berdasarkan strukturnya, jaringan epitel dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:

Epitel pipih, berbentuk seperti lapisan pipih, nukleusnya bulat yang
terletak di tengah.

Epitel batang (silindris), berbentuk seperti batang, nukleusnya bulat
yang terletak di dasar sel.

Epitel kubus, berbentuk seperti kubus, nukleusnya bulat, besar yang
terletak di tengah.

JARINGAN EPITEL

Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan tubuh
dan membatasi rongga tubuh. Jaringan ini hampir ditemukan diseluruh
permukaan tubuh.Jaringan epitel yang melapisi lapisan luar tubuh disebut
epithelium, jaringan epitel yang membatasi rongga tubuh disebut mesotelium
dan jaringan epitel yang membatasi organ disebutendothelium.
Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang memadat dan saling terikaterat. Pada permukaan apical (bagian atas) beberapa jenis epitel terdapatmikrovili (tonjolan dari permukaan sel yang bentuknya seperti jari) atau silia.Permukaan basal (bagian bawah) jaringan epitel berikatan dengan jaringanikat. Jaringan epitel dan jaringan ikat yang berada dibawahnya dihubungkanoleh membrane dasar basalis dan lamina retikularis.
Jaringan epitel memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya
melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan dan mengangkut zat-zatantar-jaringan atau rongga yang dipisahkannya. Selain itu, jaringanepitel pada saluran pencernaan mengeluarkan berbagai macam enzim.
Berdasarkan strukturnya, jaringan epitel dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:

Epitel pipih, berbentuk seperti lapisan pipih, nukleusnya bulat yang
terletak di tengah.

Epitel batang (silindris), berbentuk seperti batang, nukleusnya bulat
yang terletak di dasar sel.

Epitel kubus, berbentuk seperti kubus, nukleusnya bulat, besar yang
terletak di tengah.
1
Berdasarkan lapisan penyusunnya, jaringan epitel dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Epitel Pipih Selapis
Jaringan epitel pipih selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk
pipih. Sel-sel pada jaringan epitel pipih selapis tersusun sangat rapat.
Lokasi :Epitel pipih selapis terdapat pada jaringan epitelium pembuluh limfe
(getah bening), pembuluh darah kapiler, selaput pembungkus jantung, paru-
paru, ginjal, dan selaput perut.
Fungsi : Jaringan ini berfungsi dalam proses difusi, osmosis, filtrasi, dan
sekresi.
2. Epitel Pipih Berlapis Banyak
Jaringan epitel pipih berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu selyang berbentuk pipih. Sel-sel pada jaringan epitel pipih berlapis banyaktersusun sangat rapat.
Lokasi : Jaringan epitel pipih berlapis banyak terdapat pada jaringan
epitelium rongga mulut, rongga hidung, esofagus, telapak kaki, dan vagina.
Fungsi : Fungsi jaringan ini adalah sebagai pelindung.
3. Epitel Silindris Selapis
Jaringan epitel silindris selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuksilindris. Lokasi : Jaringan ini terdapat pada epitelium kelenjar pencernaan,jonjot usus, kantung empedu, lambung (ventrikulus), dan usus (intestinum).
Fungsi : Jaringan epithelium ini berfungsi untuk penyerapan nutrisi di usus
dan sekresi.
2
4. Epitel Silindris Berlapis Banyak
Jaringan epitel silindris berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu
lapis sel berbentuk silindria.
Lokasi : Jaringan ini terdapat pada jaringan epitelium laring, faring, trakea,
dan kelenjar ludah.
Fungsi : Jaringan epitel silindris berlapis banyak berfungsi dalam sekresi dan
sebagai pelindung.
5. Epitel Kubus Selapis
Jaringan epitel kubus selapis disusun oleh selapis sel yang berbentukkubus. Lokasi : Jaringan ini terdapat pada epitelium permukaan ovarium,lensa mata, nefron ginjal, dan kelenjar tiroid.
Fungsi :Jaringan epitel kubus selapis berfungsi dalam sekresi dan sebagai
pelindung.
6. Epitel Kubus Berlapis Banyak
Jaringan epitel kubus berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu lapis
sel yang berbentuk kubus.
Lokasi : Jaringan ini terdapat pada epitelium folikel ovarium, permukaan
ovarium, testis, saluran kelenjar minyak, dan kelenjar keringat pada kulit.
Fungsi : Jaringan epitel kubus berlapis banyak berfungsi dalam sekresi dan
absorpsi, serta melindungi dari gesekan dan pengelupasan.
3http://www.scribd.com/doc/19193958/JARINGAN-EPITEL

JARINGAN EPITEL

Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh atau permukaan saluran tubuh hewan.
Berdasarkan bentuk dan susunannya jaringan epitel dibagi menjadi
1. Epitel Pipih
a. Epitel pipih selapis
Contoh:
pada pembuluh darah, alveolus, pembuluh limfe, glomerulus ginjal.
b. Epitel banyak lapis
Contoh:
pada kulit, rongga mulut, vagina.
2. Epitel Kubus
a. Epitel kubus selapis
Contoh:
pada kelenjar tiroid, permukaan ovarium.
b. Epitel kubus banyak lapis
Contoh:
pada saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.

Gbr. 1. Epitel kubus selapis
2. Epitel pipih selapis
3. Jaringan ikat
(diambil dari lapisan allantois dan amnion embrio babi).

3. Epitel Silindris
a. Epitel silindris selapis
Contoh:
pada lambung, jonjot usus, kantung empedu, saluran pernafasan bagian atas.
Gbr. Epitel silindris banyak lapis bersilia .
(tampak silia di tengah-tengah,
diambil dari eaofagus janin).
b. Epitel silindris banyak lapis
Contoh:
pada saluran kelenjar ludah, uretra.
c. Epitel silindris banyak lapissemu/epitel silindris bersilia
Contoh:
pada trakea, rongga hidung.
4. Epitel Transisional
Merupakan bentuk epitel banyak lapis yang sel-selnya tidak dapat digolongkan berdasarkan bentuknya. Bila jaringannya menggelembung bentuknya berubah.
Contoh: pada kandung kemih.
Gbr 3. Epitel transisional dari kandung kemih anjing.

A : kandung kemih kosong

B : kandung kemih berisi urine

Sebagai jaringan yang menutup seluruh permukaan luar dan dalam tubuh setiap organisme, jaringan epitel mempunyai fungsi sebagai berikut

1. Sebagai pelindung
2. Sebagai kelenjar
3. Sebagai penerima rangsang
4. Sebagai lalu lintas keluar masuknya zat

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0043%20Bio%202-1b.htm

Pertumbuhan dan Perkembangan

Perbedaan Pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan
Bertambahnya ukuran seperti panjang, lebar, volume dan massa.
Bersifat kuantitatif
Irreversibel (tidak dapat kembali ke keadaan semula)
Dapat diukur dengan menggunakan alat: auksanometer

Perkembangan
Suatu proses menuju kedewasaan (menuju suatu keadaan yang lebih tinggi, lebih teratur dan lebih kompleks)
Bersifat kualitatif
Reversibel (dapat kembali ke keadaan semula)
Tidak dapat diukur


Macam-macam pertumbuhan pada tumbuhan, yaitu:

1. Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang memanjang baik yang terjadi pada ujung akar maupun ujung batang. Pertumbuhan primer dapat diukur secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan alat auksanometer .

Pertumbuhan primer pada ujung akar dan ujung batang dapat dibedakan menjadi 3 daerah yaitu:
a. Daerah pembelahan sel, terdapat di bagian ujung akar. Sel-sel di daerah ini aktif membelah (bersifat meristematik)
b. Daerah perpanjangan sel, terletak di belakang daerah pembelahan. Sel-sel di daerah inimemiliki kemampuan untuk membesar dan memanjang.
c. Daerah diferensiasi sel, merupakan daerah yang sel-selnya berdiferensiasi menjadi sel-sel yang mempunyai fungsi dan struktur khusus.

2. Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang dapat menambah diameter batang. Pertumbuhan sekunder merupakan aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil.

Macam-macam Perkecambahan pada Biji
1. Perkecambahan hipogeal: apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga tertarik keatas tanah tetapi kotiledon tetap di dalam tanah.
Contoh: perkecambahan pada biji kacang tanah dan kacang kapri.
2. Perkecambahan epigeal: apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah. Contoh: perkecambahan pada biji buncis dan biji jarak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan pada tumbuhan
1. Faktor eksternal/lingkungan: faktor ini merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan adalah sebagai berikut.
Air dan mineral
Kelembaban.
Suhu
Cahaya

2. Faktor internal: faktor yang melibatkan hormon dan gen yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Macam-macam hormon pada tumbuhan:
Auksin
Giberelin
Sitokinin
Gas Etilen
Asam Absisat
Kalin

Macam-macam hormon kalin adalah sebagai berikut.:
Rhizokalin: merangsang pembentukan akar
Kaulokalin: merangsang pembentukan batang
Anthokalin: merangsang pembentukan bunga
Filokalin: merangsang pembentukan daun

Pengaruh Cahaya pada pertumbuhan Tumbuhan:
Cahaya bermanfaat bagi tumbuhan terutama sebagai energi yang nantinya digunakan untuk proses fotosintesis. Cahaya juga berperan dalam proses pembentukan klorofil. Akan tetapi cahaya dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena cahaya dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Sehingga, proses perkecambahan yang diletaan di tempat yang gelap akan menyebabkan terjadinya etiolasi

Pengaruh Nutrien pada pertumbuhan Tumbuhan:
No Unsur hara Fungsi
1 Belerang (S) Merupakan komponen utama protein dan koenzim pada tumbuhan
2 Fosfor (P) Merupakan komponen pembentuk asam nukleat, fosfolipid, ATP dan beberapa koenzim
3 Magnesium (Mg) Merupakan komponen klorofil dan mengaktifkan banyak enzim pada tumbuhan
4 Kalsium (Ca) Merupakan unsur penting dalam pembentukan dan stabilitas dinding sel, memelihara struktur dan permeabilitas membran, dan mengaktifkan banyak enzim pada tumbuhan
5 Kalium (K) Merupakan kofaktor yang berfungsi dalam sintesis protein
6 Nitrogen (N) Merupakan komponen asam nukleat, protein, hormon dan koenzim
7 Oksigen (O) Merupakan komponen utama senyawa organik tumbuhan
8 Karbon (C) Merupakan komponen utama senyawa organik tumbuhan
9 Hidrogen (H) Merupakan komponen utama senyawa organik tumbuhan
10 Molibdenum (Mo) Komponen esensial untuk fiksasi nitrogen
11 Nikel (Ni) Kofaktor untuk enzim yang berfungsi dalam metabolisme nitrogen
12 Seng (Zn) Merupakan unsur yang aktif dalam pembentukan klorofil, mengaktifkan beberapa enzim
13 Mangan (Mn) Merupakan unsur yang aktif dalam pembentukan klorofil, mengaktifkan beberapa enzim
14 Besi (Fe) Merupakan komponen sitokrom, mengaktifkan beberapa enzim
15 Klor (Cl) Diperlukan untuk tahapan pemecahan air pada fotosintesis, diperlukan dalam menjaga keseimbangan air



STRUKTUR TUMBUHAN
By eug3n14



10 Votes


Seperti pada hewan, tubuh tumbuhan pun terdiri dari sel-sel. Sel-sel tersebut akan berkumpul membentuk jaringan, jaringan akan berkumpul membentuk organ dan seterusnya sampai membentuk satu tubuh tumbuhan. Di sini akan dibahas macam-macam jaringan dan organ yang membentuk tubuh tumbuhan.
Jaringan tumbuhan dapat dibagi 2 macam :
1. Jaringan meristem
2. Jaringan dewasa
JARINGAN MERISTEM
Jaringan meristem adalah jaringan yang terus menerus membelah.
Jaringan meristem dapat dibagi 2 macam
1. Jaringan Meristem Primer
Jaringan meristem yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio.
Contoh: ujung batang, ujung akar.
Meristem yang terdapat di ujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal.
Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang.
Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer.
2. Jaringan Meristem Sekunder

Jaringan meristem sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan.
Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti membelah.
Jaringan dewasa dapat dibagi menjadi beberapa macam :
1 Jaringan Epidermis
Jaringan yang letaknya paling luar, menutupi permukaan tubuh tumbuhan. Bentuk jaringan epidermis bermacam-macam. Pada tumbuhan yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder, akar dan batangnya sudah tidak lagi memiliki jaringan epidermis. Fungsi jaringan epidermis untuk melindungi jaringan di sebelah dalamnya.
2. Jaringan Parenkim
Nama lainnya adalah jaringan dasar. Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim.
3. Jaringan Penguat/Penyokong
Nama lainnya stereon. Fungsinya untuk menguatkan bagian tubuh tumbuhan. Terdiri dari kolenkim dan sklerenkim.
a. Kolenkim
Sebagian besar dinding sel jaringan kolenkim terdiri dari senyawa selulosa merupakan jaringan penguat pada organ tubuh muda atau bagian tubuh tumbuhan yang lunak.
b. Sklerenkim
Selain mengandung selulosa dinding sel, jaringan sklerenkim mengandung senyawa lignin, sehingga sel-selnya menjadi kuat dan keras. Sklerenkim terdiri dari dua macam yaitu serabut/serat dan sklereid atau sel batu. Batok kelapa adalah contoh yang baik dari bagian tubuh tumbuhan yang mengandung serabut dan sklereid.
4. Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut bertugas mengangkut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Ada 2 macam jaringan; yakni xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh lapis/pembuluh kulit kayu.
Xilem bertugas mengangkut air dan garam-garam mineral terlarut dari akar ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Xilem ada 2 macam: trakea dan trakeid.
Floem bertugas mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
5. Jaringan Gabus
Fungsi jaringan gabus adalah untuk melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air, mengingat sel-sel gabus yang bersifat kedap air. Pada Dikotil, jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen, pembentukan jaringan gabus ke arah dalam berupa sel-sel hidup yang disebut feloderm, ke arah luar berupa sel-sel mati yang disebut felem.
ORGAN TUMBUHAN

Organ tumbuhan biji yang penting ada 3, yakni: akar, batang, daun.
Sedang bagian lain dari ketiga organ tersebut adalah modifikasinya, contoh: umbi modifikasi akar, bunga modifikasi dari ranting dan daun.
AKAR
Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut.
Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butir-butir amylum, dinamakan kolumela.
1. Fungsi Akar
a. Untuk menambatkan tubuh tumbuhan pada tanah
b. Dapat berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
c. Menyerap air dam garam-garam mineral terlarut
2. Anatomi Akar
Pada akar muda bila dilakukan potongan melintang akan terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam.
a. Epidermis
b. Korteks
c. Endodermis
d. Silinder Pusat/Stele
a. Epidermis
Susunan sel-selnya rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Bulu akar merupakan modifikasi dari sel epidermis akar, bertugas menyerap air dan garam-garam mineral terlarut, bulu akar memperluas permukaan akar.
b. Korteks
Letaknya langsung di bawah epidermis, sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga banyak memiliki ruang antar sel. Sebagian besar dibangun oleh jaringan parenkim.
c. Endodermis
Merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan silinder pusat. Sel-sel endodermis dapat mengalami penebalan zat gabus pada dindingnya dan membentuk seperti titik-titik, dinamakan titik Caspary. Pada pertumbuhan selanjutnya penebalan zat gabus sampai pada dinding sel yang menghadap silinder pusat, bila diamati di bawah mikroskop akan tampak seperti hutuf U, disebut sel U, sehingga air tak dapat menuju ke silinder pusat. Tetapi tidak semua sel-sel endodermis mengalami penebalan, sehingga memungkinkan air dapat masuk ke silinder pusat. Sel-sel tersebut dinamakan sel penerus/sel peresap.
c.Silinder Pusat/Stele
Silinder pusat/stele merupakan bagian terdalam dari akar.
Terdiri dari berbagai macam jaringan :
- Persikel/Perikambium
Merupakan lapisan terluar dari stele. Akar cabang terbentuk dari pertumbuhan persikel ke arah luar.
- Berkas Pembuluh Angkut/Vasis
Terdiri atas xilem dan floem yang tersusun bergantian menurut arah jari jari. Pada dikotil di antara xilem dan floem terdapat jaringan kambium.
- Empulur
Letaknya paling dalam atau di antara berkas pembuluh angkut terdiri dari jaringan parenkim.
Batang…!!
Terdapat perbedaan antara batang dikotil dan monokotil dalam susunan anatominya.
1. Batang Dikotil
Pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam :
a. Epidermis
Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari kambium gabus.
b. Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel, yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan parenkim.
c. Endodermis

Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel, merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan Anguiospermae mengandung zat tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan Gymnospermae.
d. Stele/ Silinder Pusat
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem sebelah luar.
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang.
Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun.
2. Batang Monokotil
Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang
artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Daun…!!
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun.
Anatomi daun dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan epidermis bawah, untuk mencegah penguapan yang terlalu besar, lapisan epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula. Pada epidermis terdapat
stoma/mulut daun, stoma berguna untuk tempat berlangsungnya pertukaran gas dari dan ke luar tubuh tumbuhan.
2. Parenkim/Mesofil
Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade (jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang jaringan bunga karang sel-selnya agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel. Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan pagar karena kloroplastnya lebih banyak daripada jaringan bunga karang.
3. Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh daun merupakan lanjutan dari jaringan batang, terdapat di dalam tulang daun dan urat-urat daun.

Gbr. Jaringan daun.
Sel dan Jaringan Tumbuhan
Secara evolusi, tumbuhan berbiji merupakan organisme yang telah teradaptasi dengan lingkungan di daratan. Tumbuhan memiliki karakteristik dalam struktur dan fungsi khusus untuk menunjang kehidupannya di daratan tersebut. Pola struktur jaringan tumbuhan bervariasi dalam setiap jenis tumbuhan yang tergantung pada tahap pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan itu sendiri.
Umumnya, tumbuhan berbiji memiliki struktur dasar organ yang sama, yaitu terdiri atas: akar, batang, dan daun. Namun, ketiga struktur organ tersebut memiliki variasi dalam hal ukuran, bentuk, dan fungsi pada setiap jenis tumbuhan. Adanya variasi dari ketiga struktur dasar tersebut memungkinkan tumbuhan dapat melangsungkan kehidupannya dalam lingkungan yang beragam, seperti di daerah perairan dun gurun pasir yang tandus. semua jenis tumbuhan memiliki dasar persoalan yang sama yaitu bagaimana mereka dapat memperoleh air dari dalam tanah, melalui batang dan membawanya hingga sampai di daun untuk bahan dasar fotosisntesis dengan bantuan sinar matahari. secara umum, tumbuhan memiliki dua sistem organ, yaitu: sistem pucuk-(shoot system) yang terletak di bagian atas tanah yang membentuk organ batang, daun, tunas, bunga, buah, dan biji; sistem akai (root systen), yang terletak di bawah tanah membentuk organ akar umbi, dan akar
rimpang (rizoma).
Semua organisme tersusun oleh sel yang memiliki variasi dalam bentuk, ukuran, dan fungsi. sel tumbuhan berbeda dengan sel hewan karena memiliki struktur khusus, di antaranya sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang nyata dan bersifat kaku sehingga tumbuhan tidak dapat bebas berpindah tempat sebagaimana hewan. Di samping itu, sel tumbuhan memiliki organel khusus untuk fotosintesis, yaitu kloroplas (plastida). Kloroplas mengandung pigmen klorofil yang dapat mengabsorpsi energi matahari dan dapat mengubah senyawa anorganik (CO, dan-air) menjadi senyawa karbohidrat yang dapat digunakan oleh makhluk hidup lain sebagai makanan. Dengan struktur demikian, maka tumbuhan hijau merupakan produsen bagi organisme lain dan bersifat fotoautotrof.
Bentuk sel tumbuhan bermacam-macam. Ada yang berbentuk seperti kubus, prisma, kotak, elips, poligonal, memanjang seperti serabut dan ada yang seperti pipa. ukuran rata-rata sel tumbuhan berkisar antara 10 - 100 m. Beberapa sel tumbuhan memiliki diameter sampai 1 mm atau lebih, sehingga dapat dilihat langsung dengan mata biasa. pada dasarnya, tumbuhan mempunyai dua bagian utama, yaitu protoplas dan dinding sel. Protoplas terdiri atas bagian-bagian yang bersifat hidup dan tidak hidup. Sedangkan, dinding sel bersifat tidak hidup. Ciri khas yang lain dari sel tumbuhan adalah memiliki vakuola yang besar yang berperan sebagai tempat cadangan makanan dan memelihara kekakuan dinding sel dari cengkraman stress lingkungan.
Kelompok sel tumbuhan tertentu membentuk suatu kelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dan disebut jiringan. jaringan pada tumbuhan berasal dari pembelahan sel embrional yang berdiferensiasi menjadi bermacam-macam bentuk vang memiliki fungsi khusus.
Berdasarkan aktivitas pembelahan sel selama fase pertumbuhan dan perkembangan sel/jaringan tumbuhan, maka jenis jaringan pada tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa (permanen). Berikut akan diuraikan karakateristik dari kedua macam jaringan tersebut secara rinci.
1. JARINGAN MERISTEM ( JARINGAN EMBRIONAL )
Meristem adalah jaringan yang sel-selnya mampu membelah diri dengan cara mitosis secara terus menerus (bersifat embrional) untuk menambah jumlah sel-sel tubuh pada tumbuhan. Meristem terdapat pada bagian-bagian tertentu saja pada tumbuhan.
Berdasarkan letaknya, meristem dibedakan atas:
a) meristem apikal (meristem ujung) terdapat pada ujung-ujung pokok batang dan cabang serta ujung akar,
b) meristem interkalar/aksilar (meristem antara), terdapat di antara jaringan dewasa, misalnya pada pangkal ruas batang,
c) meristem lateral (meristem samping), terletak sejajar dengan permukaan organ, misalnya kambium dan kambium gabus.
Pada umumnya, sel-sel penyusun jaringan meristem berdinding tipis, isodiametris, dan relatif kaya akan protoplasma.
Vakuola sel meristem sangat kecil dan tersebar di seluruh protoplasma. Jaringan ini terdiri atas sel-sel yang belum terdiferensiasi. Kemampuan jaringan meristem untuk bermitosis secara terus-menerus menyebabkan tumbuhan dapat bertambah tinggi dan besar. Berdasarkan asal terbentuknya, jaringan meristem digolongkan menjadi dua, yaitu meristem primer dan meristem skunder.
Meristem primer berasal dari jaringan embrional (embrio/lembaga) yang membelah secara mitosis dan menghasilkan
pertumbuhan primer pada tumbuhan sehingga menyebabkan tumbuhan dapat bertambah tinggi. Meristem primer biasanya
terdapat pada ujung (pucuk) batang dan ujung akar.
Meristem sekunder berasal dari jaringan dewasa yang selselnya telah berkembang lebih lanjut (terdiferensiasi), biasanya
pada tumbuhan dikotil. Dari jaringan meristem sekunder akan menghasilkan pertumbuhan sekunder yang menyebabkan batang menjadi bertambah besat misalnya aktivitas kambium pada batang tumbuhan clikotil akan menghasilkan pembuluh kayu (xilem) ke bagian dalam dan pembuluh tapis (floem) ke bagian luar. Selain itu, terdapat kambium gabus (felogen) yang juga merupakan bagian dari pertumbuhan sekunder yang disebut periderm.
Kambium gabus terdiri atas tiga bagian yaitu:
1) felem, yaitu jaringan gabus itu sendiri yang tersusun atas sel - sel mati
2) felogen, yaitu bagian kambium gabus yang mengarah ke luar membentuk felem
3) feloderm, yaitu bagian vang dibentuk felogen kearah dalam dan merupakan jaringan yang sifatnva serupa parenkim dan terdiri atas sel-sel hidup.
2. JARINGAN PERMANEN ( JARINGAN DEWASA )
Jaringan dewasa merupakan kelompok sel tumbuhan yang berasal dari pembelahan sel - sel meristem dan telah mengalami pengubahan bentuk yang disesuaikan dengan fungsinya (Diferensiasi). Jaringan dewasa ada yang sudah tidak bersifat meristematik lagi (sel penyusunnya sudah tidak membelah lagi) sehingga disebut jaringan permanen.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, jaringan dewasa pada tumbuhan dibedakan menjadi empat macam jaringan yaitu:
a. Jaringan Epiderm
b. Jaringan Dasar (Parenkim)
c. Jaringan Penyokong
d. Jaringan Pengangkut.

a. Jaringan Epidermis
Epidermis rnerupakan jaringan paling luar vang menutupi permukaan organ tumbuhan, seperti: daun, bagian bunga, buah, biji, batang, dan akar. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan yang ada di bagian sebelah dalam. Bentuk, ukuran, dan susunan, serta fungsi sel epidermis berbeda-beda pada berbagai jenis organ tumbuhan. Ciri khas sel epidermis adalah sel--selnya rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel. Dinding sel epidermis ada yang tipis, ada yang mengalami penebalan di bagian yang menghadap ke permukaan tubuh, dan ada yang semua sisinya berdinding tebal dan mengandung lignin.
Seperti kita temukan pada biji dan daun pinus. Dinding luar sel epidermis biasanva mengandung kutin, yaitu
senyawa lipid yang mengendap di antara selulosa penvusun dinding sel sehingga membentuk lapisan khusus di permukaan sel yang disebut kutikula. Di permukaan luar kutikula kadangkala kita temukan lapisan lilin vang kedap air untuk mengurangi penguapan air.
Beberapa bentuk khusus sel epidermis yang telah berubah struktur dan f ungsinva diantaranya
adalah: stomata (mulut daun) yang berperan sebagai tempat pertukaran gas dan uap air, trikoma yang berupa tonjolan epidermis dan tersusun atas beberapa sel yang mengalami penebalan sekunder. Trikoma ini
berperan sebagai kelenjar yang mengeluarkan zat seperti terpen, garam, dan gula; rambut akar merupakan tonjolan epidermis akar yang memiliki dinding sel tipis dengan vakuola besar.
]aringan epidermis tetap ada sepanjang hidup organ tertentu vang tidak mengalami penebalan sekunder. Pada beberapa tumbuhan vang berumur panjang, epidermis digantikan oleh jaringan gabus, bila batangnya menua.

b. Jaringan Parenkim ( Jaringan Dasar)
Parenkim terdiri atas kelompok sel hidup yang bentuk, ukuran, maupun fungsinya berbeda-beda. Sel-sel parenkim mampu mempertahankan kemampuannya untuk membelah meskipun telah dewasa sehingga berperan penting dalam proses regenerasi.
Sel-sel parenkim yang telah dewasa dapat bersifat meristematik bila lingkungannya memungkinkan. Jaringan parenkim terutama terdapat pada bagian kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah, dan endosperma biji.
Sel-sel parenkim juga tersebar pada jaringan lain, seperti pada parenkim xilem, parenkim floem, dan jari-jari empulur.
Ciri utama sel parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis, serta lentur. Beberapa sel parenkim mengalami penebalan, seperti pada parenkim xilem. Sel parenkim berbentuk kubus atau memanjang dan mengandung vakuola sentral yang besar. Ciri khas parenkim yang lain adalah sel-selnya banyak memiliki ruang antarsel karena bentuk selnya membulat.
Parenkim yang mempunyai ruang antarsel adalah daun. Ruang antarsel ini berfungsi sebagai sarana pertukaran gas antar klorenkim dengan udara luar. Sel parenkim memiliki banyak fungsi, yaitu untuk berlangsungnya proses fotosintesis, penyimpanan makanan dan fungsi metabolisme lain. Isi sel parenkim bervariasi sesuai dengan fungsinya, misalnya sel yang berfungsi untuk fotosintesis banyak mengandung kloroplas. Jaringan yang terbentuk dari sel-sel parenkim semacam ini disebut klorenkim. Cadangan makanan yang terdapat pada sel parenkim berupa larutan dalam vakuola, cairan dalam plasma atau berupa kristal (amilum). Sel parenkim merupakan struktur sel yang jumlahnya paling banyak menyusun jaringan tumbuhan.
Ciri penting dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi menjadi berbagai jaringan yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya menyusun jaringan dasar pada tumbuhan, oleh karena itu disebut jaringan dasar.
Berdasarkan fungsinya, parenkim dibagi menjadi bebrapa jenis jaringan, yaitu:
1) Parenkim Asimilasi
Biasanya terletak di bagian tepi suatu organ, misalnya pada daun, batang yang berwarna hijau, dan buah. Di dalam selnya terdapat kloroplas, yang berperan penting sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis,

2) Parenkim Penimbun
Biasanya terletak di bagian dalam tubuh, misalnya: pada empulur batang, umbi akaL umbi lapis, akar rimpang (rizoma), atau biji. Di dalam sel-selnya terdapat cadangan makanan yang berupa gula, tepung, lemak atau protein,

3) Parenkim Air
Terdapat pada tumbuhan yang hidup di daerah panas (xerofit) untuk menghadapi masa kering, misalnya pada tumbuhan kaktus dan lidah buaya,
4) Parenkim Udara
Ruang antar selnva besar, sel- sel penyusunnya bulat sebagai alat pengapung di air, misalnya parenkim pada tangkai daun tumbuhan enceng gondok
C. Jaringan Penyokong
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri
atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel

1) Kolenkim
Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup yang bentuknya memanjang dengan penebalan dinding sel yang tidak merata dan bersifat plastis, artinya mampu membentang, tetapi tidak dapat kembali seperti semula bila organnya tumbuh. Kolenkim terdapat pada batang, daun, bagian-bagian bunga, buah, dan akar. Sel kolenkim dapat mengandung kloroplas yang menyerupai sel-sel parenkim. Sel – sel kolenkim dindingnya mengalami penebalan dari kolenkim bervariasi, ada yang pendek membulat dan ada yang memanjang seperti serabut dengan ujung tumpul.
Berdasarkan bagian sel yang mengalami penebalan, sel kolenkim dibedakan atas:
1. kolenkim angular (kolenkim sudut), merupakan jaringan kolenkim dengan penebalan dinding sel pada bagian sudut sel;
2. kolenkim lamelal, merupakan jaringan kolenkim yang penebalan dinding selnya membujur;
3. kolenkim anular, merupakan kolenkim yang penebalan dinding selnya merata pada bagian dinding sel sehinggi berbentuk pipa.

2) Sklerenkim
Sklerenkim merupakan jaringan penyokong tumbuhan, yang sel - selnya mengalami penebalan sekunder dengan lignin dan menunjukkan sifat elastis. Sklerenkim tersusun atas dua kelompok sel, yaitu sklereid dan serabut. Sklereid disebut juga sel batu yang terdiri atas sel - sel pendek, sedangkan serabut sel – selnya. panjangsklereid berasal dari sel-sel parenkim, sedangkan serabut berasal dari sel - sel meristem. Sklereid terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel – selnya membentuk jaringan yang keras, misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji dan mesofil daun. Serabut berbentuk pita dengan anyaman menurut pola yang khas. Serabut sklerenkim banyak menyusun jaringan pengangkut.

d. Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri atas sel-sel xilem dan floem, yang membentuk berkas pengangkut (berkas vaskuler). Xilem berperan mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun, sedangkan floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.

1) Xilem
Xilem merupakan jaringan kompleks karena tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran pengangkut air dengan penebalan dinding sel yang cukup tebal sekaligus berfungsi sebagai penyokong. Xilem juga tersusun atas serabut, sklerenkim, serta sel-sel parenkim yang hidup dan berperan dalam berbagai kegiatan metabolisme sel. Xilem disebut juga sebagai pembuluh kayu yang membentuk kayu pada batang.
Trakeid dan trakea merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya.
Sedangkan pada trakea terdapat perforasi pada bagian ujung-ujung selnya. Transpor air dan mineral pada trakea berlangsung melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung lewat noktah (celah) antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan deretan sel memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk pipa panjang (kapiler). Bentuk penebalan pada dinding trakea dapat berupa cincin spiral, atau jala.
2) Floem
Pada prinsipnya, floem merupakan jaringan parenkim.Tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda, yaitu buluh tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.

B. Organ Pada Tumbuhan
Tumbuhan memiliki bermacam-macam organ yang tersusun atas beberapa jaringan tumbuhan. Berdasarkan fungsinya, organ pada tumbuhan dibedakan menjadi organ sebagai alat hara (orgnna nutritiaum), dan organ reproduksi (organa reproductikum). Alat hara meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan organ reproduksi berupa putik dan benang sari yang terdapat pada bunga.

1. Akar
Akar merupakan organ tumbuhan yang penting karena berperan sebagai alat pencengkeram pada tanah/penguat dan sebagai alat penyerap air. Akar memiliki bagian pelindung berupa tudung akar yang tidak dimiliki oleh organ lain. Berdasarkan asal terbentuknya, akar dapat dibedakan atas akar primer dan akar adventitif. Akar primer terbentuk dari bagian ujung embrio dan dari perisikel, sedangkan akar adventitif berkembang dari akar yang telah dewasa selain dari perisikel atau keluar dari organ lain seperti dari daun dan batang.
Pada kebanyakan tumbuhan dikotil dan gimnospermae, sistem perakaran berupa akar tunggang yang memiliki satu akar pokok yang besar, sedangkan pada tumbuhan monokotil berupa akar serabut, yang berupa rambut dan berukuran relatif sama.
Pada irisan membujur akar akan terlihat bagian-bagian akar, mulai dari yang paling ujung disebut ujung akar. Ujung akar ditutupi oleh tudung akar (kaliptra). Kemudian dari ujung akar ke arah atas, terdapat zona pembelahan sel, pada daerah ini terdapat meristem apikal dan turunannya yang disebut meristem primer. Menuju ke atas, zona pembelahan menyatu dengan zona pemanjangan. Pada zona pemanjangan, sel-sel memanjang sampai sepuluh kali panjang semula, pemanjangan sel ini berguna untuk mendorong ujung akar (termasuk meristem) kedepan. Semakin keatas , zona pemanjangan akan bergabung dengan zona pematangan. Pada zona pematangan, sel – sel jaringan akar menyelesaikan dan menyempurnakan diferensiasinya.
Apabila kita membuat irisan melintang akar muda, maka akan terlihat struktur sel dan jaringan penyusun akar, berturut – turut, yaitu epidermis, korteks, endodermis dan stele (silinder pusat).
Lapisan terluar dari akar adalah epidermis yang tersusun atas sel –sel yang tersusun rapat satu sama lain tanpa ruang antar sel, berdinding tipis, dan memanjang, sejajar sumbu akar. Dinding sel epidermis tersusun dari bahan selulosa dan pectin yang menyerap air. Epidermis akar biasanya satu lapis. PErmukaan sel epidermis sebelah luar membentuk tonjolan yaitu berupa rambut atau bulu akar.
Korteks akar terutama terdiri atas jaringan parenkim yang relative renggang dan sedikit jaringan penyokongnya. Di sebelah dalam lapisan epidermis sering terdapat selapis atau beberapa lapis sel membentuk jaringan padat yang disebut hipodermis atau eksodermis yang dinding selnya mengandung suberin dan lignin.
Di sebelah dalam korteks terdapat selapis sel yang bersambung membentuk silinder dan memisahkan korteks dari slinder berkas pengangkut di sebelah dalamnya. Lapisan ini disebut endodermis. Sel-sel endodermis membentuk pita kaspari, yaitu penebalan dari suberin dan lignin pada sisi radial. Akibat adanya penebalan ini, larutan tidak bisa menembusnya.
Silinder pusat akar (stele) tersusun atas berkas pengangkut. Bagian ini dipisahkan dari korteks oleh endodermis. Bagian luar yang berbatasan dengan endodermis adalah perisikel yang tersusun atas sel-sel parenki berdinding tipis dan mempunyai potensi meristematik, sehingga sering disebut sebagai perikambium. Peranan perisikel terutama sebagai awal terbentuknya cabang akar tempat terjadinya kambium vaskuler, kambium gabus dan berperan dalam proses penebalan akar. sebelah dalam perisikel terdapat berkas pengangkut xilem dan floem. Xilem pada tumbuhan dikotil mengumpul di bagian tengah silinder pusat, tersusun seperti bentuk bintang, sedangkan pada tumbuhan monokotil, xilem dan floem letaknya berselang-seling.
2. Batang
Pada tumbuhan dikotil, berkas pembuluh tersusun dalam suatu lingkaran sehingga korteks terdapat di bagian luar lingkaran dan empulur di bagian dalam lingkaran. Pada tumbuhan dikotil ini, xilem tersusun di bagian dalam lingkaran. Di antara floem dan xilem terdapat cambium yang menyebabkan pertumbuhan sekunder pada tumbuhan dikotil.
Kambium merupakan jaringan meristem lateral yang berfungsi dalam pertumbuhan sekunder.
Dua macam kambium yang menghasilkan jaringan sekunder tumbuhan dikotil, yaitu:
a) kambium pembuluh (vascular cambium) yairg menghasilkan xylem sekunder (kayu) ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar,
b) kambium gabus (cork cambium) yang menghasilkan suatu penutup keras dan tebal yang menggantikan epidermis pada batang dan akar.
Empulur batang tersusun atas jaringan parenkim yang mungkin mengandung kloroplas. Empulur mempunyai ruang antarsel yang nyata dan tersusun atas perikambium yang disebut perisikel. Perikambium dibatasi oleh floem primer di sebelah dalam dan endodermis di sebelah luarnya. Jari-jari empulur berupa pita radier yang terdiri atas sederet sel,
mulai dari empulur sampai dengan floem. Fungsi utamanya adalah melangsungkan pengangkutan makanan ke arah radial. Pada tumbuhan dikotil, jari-jari empulur tampak berupa garis-garis halus yang membentuk lingkaran tahun.
3. Daun
Struktur morfologi daun pada setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu, struktur morfologi daun dapat digunakan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan. Struktur daun dapat dilihat dari: bentuk tulang daun (menvirip, menjari, melengkung, dan sejajar); bangun daun atau bentuk helaian daun (bulat, lanset, jorong, memanjang, perisai,
jantung, dan bulat telur); tepi daun (bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata); bentuk ujung daun (runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan berduri); bentuk pangkal daun (runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk); dan prmukaan (licin, kasap, berkerut, berbulu, dan bersisik).
Tidak hanya sebagai tempat fotosintesis, daun juga berfungsi untuk transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan). Bila kita mengamati preparat irisan melintang daun, maka akan kita jumpai bagian-bagian penyusun struktur anatomi daun yang sesuai dengan fungsi daun tersebut. Daun tersusun atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut.
Epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan ini memiliki struktur khusus sebagai adaptasi untuk berkangsungnya proses fotosintesis, yaitu adanya stoma yang dalam jumlah banyak disebut stomata. Stomata tersusun atas sel penutup dan sel tetangga yang banyak mengandung kloroplas. Adanya stomata memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara sel – sel fotosintetik dibagian dalam daun dengan udara disekitarnya. Stomata juga merupakan jalan keluarnya uap air.
Bagian tengah dari struktur anatomi daun juga dapat kita jumpai jaringan parenkim yang menyusun mesofil daun dan terdiri atas parenkim palisade (parenkim pagar / jaringan tiang) dan parenkim spons (parenkim bunga karang. Parenkim palisade terdiri atas sel – sel yang memanjang di sel –sel bulat dan pada bagian ini banyak terdapat ruang antar sel sebagai tempat pertukaran gas selama fotosintesis berlangsung.
Hamper semua daun memiliki berkas pengangkut yang tampak sebagai tulang daun atau urat daun. Tulang daun ini berisi pembuluh angkut xylem dan floem. Berkas pengangkut pada daun berfungsi untuk mengangkut air dan hasil fotosintesis pada daun.
4. Bunga
Bunga merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini bukanlah organ pokok dan rnerupakan modifikasi (perubahan bentuk) dari organ utama yaitu batang dan daun yang bentuk, susunan, dan warnanya telah disesuaikan dengan fungsinya sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan. |ika kita memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan mahkota bunga merupakan modifikasi
dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi.
Kelopak bunga merupakan bagian bunga yang masih mempertahankan sifat daun. Kelopak bunga berfungsi untuk melindungi kuncup bunga sebelum bunga mekar. Mahkota bunga biasanya memiliki warna dan bentuk yang menarik jika dibandingkan dengan kelopak bunga. Mahkota bunga ini berperan dalam menarik serangga dan agen penyerbukan yang
lain. Benang sari merupakan bagian yang berperan sebagai alat reproduksi jantan pada bunga, benang sari terdiri atas kepala sari yang merupakan tempat berkembangnya serbuk sari (gametofit jantan) dan suatu tangkai yang disebut filamen (tangkai sari).
Putik merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Pada putik terdapat kepala putik yang biasanya memiliki permukaan yang lengket sebagai tempat menempelnya serbuk sari. Selain itu, putik memiliki saluran yang disebut tangkai putik. Saluran ini menuju ke ovarium pada dasar bunga yang mengandung bakal buah tempat sel telur (gametofit betina).

C. Proses Pengangkutan Pada Tumbuhan

1. Proses Pengangkutan Air dan Garam Mineral
Pengangkutan air dan garam - garam mineral pada tumbuhan tingkat tinggi, seperti pada tumbuhan biji dilakukan melalui dua mekanisme pertama, air dan mineral diserap dari dalam tanah menuju sel - sel akar.
Pengangkutan ini dilakukan diluar berkas pembuluh, sehingga disebut sebagai mekanisme pengangkutan ekstravaskuler. kedua , air dan mineral diserap oleh akar. selanjutnya diangkut dalam berkas pembuluh yaitu pada pembuluh kayu (xilem), sehingga proses pengangkutan disebut pengangkutan vaskuler.
Air dan garam mineral dari dalam tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, menembus korteks akar, masuk ke stele dan kemudian mengalir naik ke pembuluh xilem sampai pucuk tumbuhan.

a. Pengangkutan Ekstravaskuler
Dalam perjalanan menuju silinder pusat, air akan bergerak secara bebas di antara ruang antar sel. Pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah di luar berkas pembuluh ini dilakukan melalui 2 mekanisme, yaitu apoplas dan simplas.

1. Pengangkutan Apoplas
Pengangkutan sepanjang jalur ekstraseluler yang terdiri atas bagian tak hidup dari akar tumbuhan, yaitu dinding sel dan ruang antar sel. air masuk dengan cara difusi, aliran air secara apoplas tidak tidak dapat terus mencapai xilem karena terhalang oleh lapisan endodermis yang memiliki penebalan dinding sel dari suberin dan lignin yang dikenal sebagai pita kaspari. Dengan demikian, pengangkutan air secara apoplas pada bagian korteks dan stele menjadi terpisah.

2. Pengangkutan Simplas
Padap engangkutan ini, setelah masuk kedalam sel epidermis bulu akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam sitoplasma dan vakuola, kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain melaluivplasmodesmata. Sistem pengangkutan ini , menyebabkan air dapat mencapai bagian silinder pusat. Adapun lintasan aliran air pada pengangkutan simplas adalah sel - sel bulu akar menuju sel - sel korteks, endodermis, perisikel, dan xilem. dari sini , air dan garam mineral siap diangkut keatas menuju batang dan daun.

b. Pengangkutan melalui berkas pengangkutan (pengangkutan intravaskuler)
Setelah melewati sel - sel akar, air dan mineral yang terlarut akan masuk ke pembuluh kayu (xilem) dan selanjutnya terjadi pengangkutan secara vertikal dari akar menuju batang sampai kedaun. Pembuluh kayu disusun oleh beberapa jenis sel, namun bagian yang berperan penting dalam proses pengangkutan air dan mineral ini adalah sel - sel trakea. Bagian ujung sel trakea terbuka membentuk pipa kapiler. Struktur jaringan xilem seperti pipa kapiler ini terjadi karena sel - sel penyusun jaringan tersebut tersebut mengalami fusi (penggabungan). Air bergerak dari sel trakea satu ke sel trakea yang di atasnya mengikuti prinsip kapilaritas dan kohesi air dalam sel trakea xilem.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengangkutan Air.
a. Daya Hisap Daun (Tarikan Transpirasi)
Pada organ daun terdapat proses penguapan air melalui mulut daun (stomata ) yang dikenal sebagai proses transpirasi. Proses ini menyebabkan sel daun kehilanagan air dan timbul tarikan terhadap air yang ada pada sel – sel di bawahnya dan tarikan ini akan diteruskan molekul demi molekul, menuju ke bawah sampai ke seluruh kolom air pada xilem sehingga menyebabkan air tertarik ke atas dari akar menuju ke daun. Dengan adanya transpirasi membantu tumbuhan dalam proses penyerapan dan transportasi air di dalam tumbuhan. Adapun transpirasi itu sendiri merupakan mekanisme pengaturan fisiologis yan g herhubungan dengan proses adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi proses kecepatan transparasi uap air dari daun, yaitu:
1) Temperatur udara, makin tinggi temperature , kecepatan transprasi akan semakin tinggi.
2) Instensitas cahaya matahari, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.
3) Kelembaban udara
4) Kandungan air tanah.
Di samping itu, transpirasi juga dipengaruhi oleh faktor dalam tumbuhan di antaranya adalah banyaknya pembuluh, ukuran sel jaringan pengangkut, jumlah, dan ukuran stomata.
b. Kapilaritas Batang
Pengangkutan air melalui pembuluh kayu (xilem), terjadi karena pembuluh kayu (xilem) tersusun seperti rangkaian pipa-pipa kapiler.
Dengan kata lain, pengangkutan air melalui xilem mengikuti prinsip kapilaritas. Daya kapilaritas disebabkan karena adanya kohesi antara molekul air dengan air dan adhesi antara molekul air dengan dinding pembuluh xilem. Baik kohesi maupun adhesi ini menimbulkan tarikan terhadap molekul air dari akal sampai ke daun secara bersambungan.
c. Tekanan Akar
Akar tumbuhan menyerap air dan €taram mineral baik siang maupun malam. Pada malam hari, ketika transpirasi sangat rendah atau bahkan nol, sel-sel akar masih tetap menggunakan energi untuk memompa ion – ion mineral ke dalam xilem. Endodermis yang mengelilingi stele akar tersebut membantu mencegah kebocoran ion - ion ini keluar dari stele.
Akumulasi mineral di dalam stele akan menurunkan potensial air. Air akan mengalir masuk dari korteks akar, menghasilkan suatu tekanan positif yang memaksa cairan naik ke xilem. Dorongan getah xilem ke arah atas ini disebut tekanan akar (roof pressure). Tekanan akar juga menyebabkan tumbuhan mengalami gutasi, yaitu keluarnya air yang berlebih pada malam hari melalui katup pelepasan (hidatoda) pada daun.
Biasanya air yang keluar dapat kita lihat pada pagi hari berupa tetesan atau butiran air pada ujung-ujung helai daun rumput atau pinggir daun
kecil herba (tumbuhan tak berkayu) dikotil.

3. Pengangkutan Hasil Fotosintesis
Proses pengangkutan bahan makanan dalam tumbuhan dikenal dengan translokasi. Translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis dari daun atau organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang memerlukannya. Jaringan pembuluh yang bertugas mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan adalah floem (pembuluh tapis). Zat terlarut yang paling banyak dalam getah floem adalah gula, terutama sukrosa. Selain itu, di dalam getah floem juga mengandung mineral, asam amino,dan hormon, berbeda dengan pengangkutan pada pembuluh xilem yang berjalan satu arah dari akar ke daun, pengangkutan pada pembuluh xylem yang berjalan satu arah dari akar kedaun, pengengkutan pada pembuluh floem dapat berlangsung kesegala arah, yaitu dari sumber gula (tempat penyimpanan hasil fotosintesis) ke organ lain tumbuhan yang memerlukannya.
Satu pembuluh tapis dalam sebuah berkas pembuluh bisa membawa cairan floem dalam satu arah sementara cairan didalam pipa lain dalam berkas yang sama dapat mengalir dengan arah yang berlaianan. Untuk masing – masing pembuluh tapis, arah transport hanya bergantung pada lokasi sumber gula dan tempat penyimpanan makanan yang dihubungkan oleh pipa tersebut.
D. Pembudidayaan Tanaman Dengan Teknik Cangkk dan Stek
Untuk pernbudidayaan tanaman dapat dilakukan dengan cara menyetek dan mencangkok. Kedua teknik ini merupakan teknik yang telah banyak digunakan untuk rnemperbanyak tanamin secara vegetative. Banyak keuntungan dari teknik ini, selain caranya mudah, juga dapat diperoleh keturunan yang banvak dalam waktu yang relatif cepat sehingga cara ini juga efektif untuk membudidayakan tanaman yang tergolong langka.
Mencangkok merupakan salah sattu cara memperoleh perakaran dari suatu cabang tanaman tanpa mcmotong cabang tersebut dari induknya.
'Ada dua cara mencangkok yang sering dilakukan di Indonesia, yaitu 'cangkok kerat dan cangkok belah. Cangkok kerat dilakukan terhadap tanaman vang kulitnya mudah untuk dilepas, sedangkan cangkok belah dilakukan untuk tanaman-tanaman yang kulitnya sukar dilepaskan. Waktu mencangkok sebaiknva dilakukan pada musim hujan. Bila
dilakukan pada musim kemarau, cangkokan sebaiknya harus selalu disiram untuk mencegah kekeringan. Adapun cara mencangkok adalah?
1) Tentukan satu jenis tanaman yang akan dicangkok. Biasanya dipilih dari tanaman yang berkualitas unggul, seperti rasa, ukuran buah, ukuran batang dan perawatan tanaman.
2) Pilihlah satu atau dua cabang yang masih sehat, tidak terlalu tua, dan
tidak terlalu muda.
3) Buatlah dua buah keratan melingkar pada daerah pangkal cabang. Jarak antara keratan yang satu dengan yang berikutnya berkisar antara 2-5 cm tergantung besarnya diameter cabang tanaman.
4) Lepaskan kulit di antara dua keratan tadi dan buanglah lapisan kambium yang masih melekat pada kayu dengan cara mengeriknya hingga lapisan kambium yang berupa lendir hilang.
5) Tutup bagian cabang vang telah dilepaskan kulitnya dengan media yang berupa bubuk sabut kelapa, pupuk kandang, kompos atau mos (akar pakis sararrg) r'arrg banyak tersedia di toko bibit tanaman dan buah-buahan.
6) Rungkus media c.rngkokan dengan sabut kelapa, ijuk, atau plastic yang dilubangi.
7) Basahilah cangkokan tersgb11t1ia p hari dengan air agar tetap lembab.
8) Biarkan beberapa n'aktu l.rmanva sampai terlihat adanya pertumbuhan akar di sekitar tanah penutup luka cabang tanamin yang dicangkok tersebut.
9) Potonglah cabang tadi di sebelah barvah keratan atau akar untuk di tanam terpisah dari induknva.
Stek merupakan salah satu cara memperoleh perakaran tanaman dari suatu bagian tanaman (cabang, pucuk, daun, atau akar) dengan memotong bagian tanaman tersebut dari induknya dan menanamnya dalam suatu media persemaian. Media persemaian untuk stek yang biasa digunakan adalah pasir atau campuran pasir dengan humus. salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan stek adalah mencegah terjadinya penguapan yang terlalu tinggi pada stek tersebut.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah daun dan mempertinggi kelembaban udara di sekitar media. Berikut ini adalah langkah menyetek cabang tanaman:
1) Siapkan wadah persemaian yang telah berisi media berupa campuran pasir dan humus dengan perbandingan 3 : 1.
2) Tentukan satu atau beberapa bagian tanaman yang akan distek.
3) Pilihlah satu bagian cabang taniman yang sehat dari tanaman yang
akan distek.
4)Buatlah beberapa potongan cabang yang telah dipilih tadi, masingmasing panjangnya sekitar 10-20 cm tergantung panjang ruas pada cabang tersebut. Bagian bawah dari potongan dibuat runcing untuk memperluas tempat tumbuhnya akar. Setiap potongan cabang dapat disertai dengan daun atau tidak. Potongan cabang yang disertii daun, jumlah daunnya diusahakan tidak terlampau banyak.
5) Tanamkan potongan-potongan cabang tadi pada baki persemaian yang telah disediakan, kemudian tutuplah baki tersebut dengan kaca atau plastik bening untuk menjaga kelembaban di sekitar persemaian. (untuk stek daun dan pucuk, pengerjaannya hampir mirip dengan Iangkah di atas)



Akar adalah organ tumbuhan yang masuk ke dalam tanah. Sewaktu tumbuhan masih kecil, yaitu dalam bentuk lembaga di dalam biji, calon akar itu sudah ada dan disebut akar lembaga (radicula). Pada perkembangan lanjutannya, kalau biji mulai berkecambah sampai menjadi tumbuhan dewasa, akar lembaga dapat memperlihatkan perkembangan yang berbeda hingga pada tumbuhan lazimnya dibedakan dua macam sistem perakaran yaitu sistem perakaran tunggang dan sistem perakaran serabut.
Titik tumbuh akar adalah bagian pada jaringan meristem yang memiliki tudung akar (kaliptra). Tudung akar berperan untuk menembus tanah. Pada daerah titik tumbuh ini terdapat jaringan meristem yang aktif. Jaringan meristem ini berfungsi sebagai cadangan makanan untuk membantu proses perpanjangan akar.
Berdasarkan struktur jaringan meristem sel penyusun akar tumbuhan, titik tumbuh akar dikelompokkan menjadi daerah-daerah sebagai berikut :
a. Daerah pembelahan (daerah meristematik)
Daerah pembelahan terdapat pada bagian ujung akar. Pada bagian ini sel membelah secara cepat. Daerah ini merupakan tempat terbentuknya sel-sel baru. Sel-sel di daerah ini mempunyai inti sel yang relatif besar, berdinding tipis, dan aktif membelah diri.

b. Daerah pemanjangan
Daerah pemanjangan merupakan daerah hasil pembelahan sel-sel meristem. Sel-sel hasil pembelahan tersebut akan bertambah besar ukurannya sehingga menjadi bagian dari daerah pemanjangan. Ukuran selnya bertambah beberapa puluh kali dibanding sel-sel meristematik. Pada daerah pemanjangan, sel mengalami pemanjangan dan mulai mengalami proses diferensiasi di dalam strukturnya. Ada bagian yang dibentuk menjadi protoderm, meristem dasar dan prokambium. Protoderm adalah jaringan yang akan menjadi epidermis. Meristem dasar adalah bagian yang dibentuk untuk menjadi jaringan dasar. Prokambium adalah jaringan yang dibentuk menjadi stele (silinder pusat).

c. Daerah diferensiasi
Daerah diferensiasi merupakan daerah yang terletak dibawah daerah pemanjangan. Sel-sel di daerah diferensiasi umumnya mempunyai dinding yang tebal dan beberapa diantaranya mengalami diferensiasi menjadi epidermis, korteks dan empulur. Sel yang lain berdiferensiasi menjadi parenkim, jaringan penunjang dan jaringan pengangkut (xilem dan floem). Pada daerah diferensiasi, proses organogenesis telah berjalan sempurna sehingga lapisan epidermis telah terdiferensiasi dengan jelas dan telah memiliki bulu-bulu akar. Bulu-bulu akar berperan untuk menyerap mineral-mineral dari dalam tanah. Oleh karena proses diferensiasi pertama kali terjadi di daerah tersebut, maka daerah diferensiasi disebut jaringan primer. Pertumbuhan akan menyebabkan terjadinya pemanjangan pada sel-sel akar.
Adanya perbedaan pertambahan panjang pada akar Phaseolus radiatus disebabkan karena adanya pengaruh hormon auksin pada meritem apikal akar yang terus membelah dan memanjang yang didukung oleh ruang yang gelap, sehingga memperlancar kerja hormon auksin karena tidak terurai oleh cahaya.
Aktivitas meristem apeks akar mengakibatkan akar tumbuh memanjang yang kemudian disebut pertumbuhan primer. Namun sebenarnya, meristem apikal atau meristem apeks juga terdapat pada bagian ujung batang.